News
Erick Thohir Siap Mundur dari PSSI, tapi Ada Satu Syaratnya: Tunggu Perintah FIFA

- Erick Thohir menjadi sorotan publik karena merangkap jabatan strategis sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) sekaligus Ketua Umum PSSI, yang dinilai rawan konflik kepentingan.
- Menjawab desakan mundur, Erick Thohir berulang kali menegaskan sikapnya: ia hanya akan mundur dari kursi Ketua Umum PSSI jika ada instruksi atau permintaan resmi dari FIFA, bukan karena tekanan publik.
- Hingga saat ini FIFA belum memberikan sikap resmi, sehingga Erick Thohir tetap menjalankan kedua jabatannya sambil menunggu arahan dari federasi sepak bola dunia tersebut.
Sejak dilantik sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) pada pertengahan September 2025, Erick Thohir kembali menjadi sorotan publik. Pasalnya, pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini dianggap merangkap jabatan di dua posisi strategis sekaligus.
Pertanyaan besar pun muncul: apakah Erick akan tetap bertahan di PSSI, atau melepas jabatan tersebut demi fokus sebagai Menpora?
Isu ini semakin ramai diperbincangkan karena banyak kalangan menilai rangkap jabatan rawan menimbulkan konflik kepentingan. Namun, di tengah derasnya desakan publik, Erick berulang kali menegaskan bahwa dirinya hanya akan mundur dari kursi Ketua PSSI jika FIFA—federasi sepak bola dunia—memintanya langsung.
“Kalau FIFA bilang mundur, ya saya mundur. Itu jelas dan tegas,” kata Erick dalam berbagai pernyataan yang dilansir media nasional.
Pernyataan ini menjadi benang merah dari semua klarifikasi Erick di hadapan wartawan, pengamat olahraga, hingga masyarakat luas.
Mengapa FIFA Jadi Penentu?
![Menteri Pemuda dan Olahraga Erick Thohir (kanan) bersama pejabat lama Dito Ariotedjo (kiri) saat menghadiri acara serah terima jabatan (sertijab) di Kantor Kemenpora, Jakarta, Kamis (18/9/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]. [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/18/75551-sertija-menpora-sertijab-menteri-pemuda-dan-olahraga-dito-ariotedjo-erick-thohir.jpg)
Bagi Erick, keputusan terkait jabatan di PSSI tidak bisa dilakukan sepihak, baik oleh dirinya maupun tekanan publik. Ia menjelaskan, sejak tragedi Kanjuruhan 2022, sepak bola Indonesia berada dalam pengawasan ketat FIFA. Organisasi internasional itu bahkan ikut mengawasi reformasi PSSI, tata kelola liga, hingga pembinaan tim nasional.
Oleh karena itu, setiap keputusan penting mengenai federasi, termasuk kepemimpinan, harus mengacu pada regulasi FIFA. Erick menegaskan, dirinya hanya akan tunduk pada aturan FIFA, bukan desakan segelintir pihak.
“PSSI ini bukan milik pribadi, bukan milik Erick Thohir. Ini organisasi yang harus patuh pada FIFA. Kalau FIFA bilang rangkap jabatan tidak boleh, saya siap mundur,” jelasnya.
Sorotan Media dan Publik
Sejak pengumuman pelantikan Erick sebagai Menpora, pertanyaan soal “kapan mundur dari PSSI” terus menghantui. Hampir setiap kali bertemu media, Erick mendapat pertanyaan serupa. Ia mengaku heran dengan intensitas pertanyaan itu.
“Saya juga bingung, kenapa terus ditanya mundur atau tidak. Kan jelas, kalau FIFA yang minta, baru saya mundur. Tidak bisa sembarangan saya putuskan sendiri,” ujar Erick.
Baginya, tekanan publik tidak cukup menjadi dasar untuk melepas jabatan. Ia ingin proses ini berjalan sesuai mekanisme resmi, agar tidak menimbulkan preseden buruk.
Pro dan Kontra Rangkap Jabatan
Publik terbelah dalam menanggapi rangkap jabatan Erick. Sebagian menilai tidak ideal bagi seseorang memegang dua posisi penting sekaligus. Jabatan Menpora sendiri sudah penuh tantangan, mengingat kementerian itu membawahi pembinaan olahraga nasional secara keseluruhan.
Selain itu, ada kekhawatiran bahwa jabatan ganda bisa menimbulkan konflik kepentingan. Misalnya, Menpora yang bertugas mengawasi federasi olahraga nasional justru juga menjabat sebagai pimpinan federasi itu sendiri.
Namun, sebagian lain menilai Erick masih layak memimpin PSSI. Mereka menyoroti capaian positif selama ia menjabat, seperti transparansi keuangan liga, perbaikan infrastruktur, hingga pencapaian tim nasional yang mulai meningkat di level internasional.
Dengan latar belakang manajerial dan koneksi internasionalnya, Erick dianggap masih dibutuhkan untuk menjaga momentum kebangkitan sepak bola Indonesia.
Erick Tidak Ngotot Pertahankan Kursi
Di tengah polemik, Erick menegaskan dirinya tidak punya niat mempertahankan jabatan dengan segala cara. Ia menolak dianggap ambisius atau serakah jabatan.
“Saya tidak akan ngotot. Kalau FIFA bilang harus mundur, saya mundur. Tidak ada yang perlu diperdebatkan. Yang penting sepak bola Indonesia tidak rugi,” tegasnya.
Ia menambahkan, posisinya di PSSI hanyalah amanah sementara. Jika nantinya harus dilepas demi kepentingan yang lebih besar, ia mengaku siap dengan lapang dada.
Menunggu Keputusan FIFA

Sampai saat ini, FIFA belum memberikan sikap resmi terkait rangkap jabatan Erick. Baik PSSI maupun Kemenpora masih menunggu arahan. Erick sendiri memilih tetap fokus menjalankan dua peran sekaligus, sembari menunggu keputusan yang akan datang.
Selama belum ada arahan dari FIFA, ia berkomitmen tetap profesional: menjalankan program-program Kemenpora sekaligus meneruskan reformasi di PSSI.
Banyak pihak menilai sikap menunggu ini tepat. Sebab, jika Erick buru-buru mundur tanpa dasar hukum atau aturan jelas, justru bisa menimbulkan polemik baru di internal PSSI.
Capaian Erick di PSSI
Meski sedang dilanda polemik, tidak bisa dipungkiri bahwa sejak menjabat sebagai Ketum PSSI, Erick telah membawa sejumlah perubahan. Beberapa di antaranya:
- Reformasi Liga – Erick mendorong transparansi keuangan klub dan memperketat regulasi manajemen.
- Peningkatan Tim Nasional – Timnas Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan, baik di level senior maupun usia muda.
- Kerjasama Internasional – PSSI menjalin kerjasama dengan federasi-federasi besar dunia untuk meningkatkan kualitas pembinaan.
- Infrastruktur – Perbaikan stadion dan fasilitas latihan menjadi salah satu prioritas, agar sepak bola Indonesia lebih profesional.
Capaian inilah yang membuat sebagian pihak berharap Erick tetap bertahan, setidaknya sampai periode kepemimpinannya berakhir.
Dilema Rangkap Jabatan
Kasus Erick menggambarkan dilema besar dalam tata kelola olahraga di Indonesia. Di satu sisi, publik menginginkan pejabat negara fokus pada satu peran agar maksimal bekerja. Di sisi lain, kapasitas individu tertentu seperti Erick dianggap langka dan masih dibutuhkan di level federasi.
Jika akhirnya FIFA memutuskan Erick harus mundur, maka PSSI harus segera menyiapkan pengganti yang sepadan. Sebaliknya, jika FIFA mengizinkan, publik tetap berhak mengawasi kinerjanya agar tidak ada konflik kepentingan.
Penutup
Kontroversi rangkap jabatan Erick Thohir menunjukkan betapa besar perhatian publik terhadap sepak bola Indonesia. Erick sendiri sudah berulang kali menegaskan sikapnya: ia tidak akan mengambil keputusan sepihak, melainkan menunggu instruksi dari FIFA.
“Kalau FIFA bilang mundur, saya mundur. Kalau tidak, saya tetap jalankan amanah ini sebaik mungkin,” ujarnya.
Kini, semua mata tertuju pada FIFA. Apapun keputusan mereka, akan menjadi penentu masa depan kepemimpinan PSSI sekaligus arah pembinaan sepak bola nasional.
Siti Nuraida
Menulis artikel untuk berbagi ide, inspirasi, dan sudut pandang baru yang bermanfaat bagi pembaca ✍️
Total Artikel 82