kolom
Potensi Wisata Lokal Padukuhan Kunang di Gunungkidul

Yoursay.id - Kunang, Padukuhan kecil yang penuh dengan tradisi, gotong royong, dan alam yang belum tersentuh. “Kami ini seperti keluarga besar,” ujar Sukarman, Pak Dukuh Kunang. Dengan jumlah 224 jiwa, Kunang punya semangat kolektif yang luar biasa. Tak hanya bertumbuh secara fisik, mereka juga menjaga budaya dan kebersamaan.
Warga Kompak, Hidup dalam Satu Rasa
Gotong royong menjadi napas dalam setiap kegiatan masyarakat Kunang. Kerja bakti, pembangunan desa, hingga acara adat dilakukan secara bersama. “Kas Karang Taruna dialokasikan untuk pengadaan lampu jalan,” kata Ketua Karang Taruna.
Alokasi kas tersebut juga diberikan secara ikhlas sebagai bentuk gotong royong. Karang Taruna juga aktif rapat rutin, arisan, dan kegiatan pemuda. Masyarakat turut aktif dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan di Kunang. “Biasanya kegiatan gotong royong dan lainnya dilakukan di balai desa,” ujar warga.
Tokoh Masyarakat dan Harmoni Sosial Kunang
Di balik kekompakan itu, ada tokoh masyarakat yang bertugas sebagai penengah. Pak Guntarno, salah satu sesepuh desa, menjadi sosok penjaga harmoni di Kunang. Beliau kerap diminta memediasi warga saat muncul masalah sosial.
"Saya sering dilibatkan sebagai penengah jika ada masalah di sini,” kata Pak Guntarno. Ia juga aktif dalam forum-forum adat dan pertemuan warga. “Kalau ada beda pendapat, selalu dikomunikasikan dengan kepala dingin,” tambahnya. Perannya penting untuk menyeimbangkan antara tradisi dan perubahan. “Kunang harus maju, tapi jangan lupa dengan nilai lama,” jelasnya.
Tradisi yang Terus Dihidupkan Bersama
Tradisi adalah bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat Kunang. Rasulan, Miwungdino, Ruwahan, hingga Tingkepan terus dijalankan rutin. “Kami tetap rayakan karena itu warisan leluhur,” ucap warga. Acara adat dilakukan gotong royong sehingga semua warga turut ambil bagian.
Kesenian Bregodo Prajurit Rakyat menjadi ikon kebanggaan anak muda. Alat dan pakaiannya dipakai saat kirab desa dan disewakan ke luar daerah. “Kami rawat semua alat dan disewakan ke masyarakat umum,” ujar Rahmat, Ketua Karang Taruna.
Potensi Wisata Desa Kunang

Keindahan Bukit dan Potensi Wisata
Kunang berdisi di dataran tinggi dengan panorama yang menawan. Bukit Ploksebrot menjadi objek wisata menarik untuk dikembangkan. “Kalau sore, cocok untuk melihat sunset,” ujar Ketua Karang Taruna.
Namun, potensi wisata belum digarap maksimal karena keterbatasan dana. “Kami punya ide, tapi belum ada modal,” jelasnya. Karang Taruna bermimpi untuk menjadikan desa Kunang sebagai desa wisata alam.
Kerajinan Lokal dan Harapan Ekonomi Baru
Masyarakat Kunang juga ahli menganyam gebok pisang dan eceng gondok. Produknya akan dikirim keluar daerah hingga ke Bali. “Mayoritas penduduk hanya sebatas pengrajin, tapi belum jadi pemilik usaha," ujar Ketua Karang Taruna. Dengan pembinaan dan dukungan, kerajinan tersebut bisa menjaadi potensi besar. Pemerintah dan pelaku wisata diharapkan ikut mendukung ekonomi warga.
Menjaga Akar, Menata Masa Depan
Warga Kunang sadar bahwa perubahan tidak bisa dihindari. Namun budaya, kebersamaan, dan komunikasi tidak bisa ditinggalkan. “Kami ingin maju tanpa meninggalkan jati diri,” ujar warga.
Karang Taruna berharap pemuda Kunang semakin peduli dengan pembangunan desa. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli untuk desa ini?" ujarnya.
“Kunang ini kecil, tapi semangatnya sangat besar,” ujar Pak Sukarman. Bagi siapapun yang ingin berkunjung, mereka siap menyambut. “Datanglah, nikmati desa kami. Bukan hanya alam, tetapi juga hatinya,” tambahnya.
Kunang bukan sekadar desa, tetapi cerminan nilai kebersamaan dan harapan manusia. Dibalik hijaunya bukit dan ragam budaya, tersimpan potensi yang luar biasa. Kini saatnya masyarakat memberi perhatian dan turut terlibat dalam mendukung dan menyebarkan kisahnya.