Ulasan
Ulasan Novel Algoritme Rasa: Ketika Setitik Luka Jadi Dendam Abadi

Yoursay.id - Terkadang kita bahkan tidak lagi ingat kata-kata yang terucap satu menit lalu. Tapi, bagi orang lain mungkin lain ceritanya. Satu kata bisa jadi luka, pemantik trauma, hingga menjadi dendam tak berkesudahan.
Maka tak heran jika ada petuah bijak mengatakan, mulutmu harimaumu. Di buku ini kita menyadari, bahwa tindakan kecil saja bisa menjadi bara dalam sekam. Membakar habis hingga hancur tanpa sisa.
Identitas Buku
- Judul : Algoritme Rasa (Job Series #3)
- Penulis : Pradnya Paramitha
- Penerbit : Elex Media Komputindo
- Terbit : November 2019
- Tebal : 464 Halaman
Di balik layar dunia digital, kita mengenal kode, bug, dan algoritme yang jadi fondasi sebuah website. Namun bagaimana jika logika yang biasa menyelesaikan permasalahan kerja, justru tak mampu menyelesaikan urusan hati?
Itulah premis menarik yang diangkat Pradnya Paramitha dalam novel Algoritme Rasa (Job Series #3), sebuah metropop yang segar, menghibur, dan sarat isu relevan.
Programmer Perempuan yang Workaholic, Stylish, dan Blak-blakan
Tokoh utama novel ini adalah Junia Padma (Juni), seorang web developer perempuan di perusahaan OnePoint. Setelah lima tahun bekerja, ia menempati posisi sebagai backend developer—bidang yang seringkali didominasi laki-laki. Kehadiran Juni membuktikan bahwa dunia IT tidak hanya milik pria.
Meski sibuk berkutat dengan algoritme, deadline, dan lembur di akhir pekan, Juni tetap tampil stylish, gaul, bahkan hobi flirting. Stereotipe “programmer kaku, introvert, dan tidak fashionable” benar-benar dipatahkan oleh sosoknya.
Namun di balik sikap percaya diri, Juni menyimpan trauma masa lalu yang membuatnya skeptis terhadap cinta. Baginya, menjalin hubungan serius bagaikan system error yang mengacaukan hidup.
Misi yang Berbalik Menjadi Virus Cinta: Ketika Logika Programmer Gagal Menyelesaikan Persoalan Cinta
Cerita mulai bergerak ketika Juni bertemu Bhisma, seorang arsitek sekaligus kurator seni yang juga… mantan pacar sahabatnya, Sandra. Pertemuan ini mengantarkan Juni pada misi pribadi: membantu Bhisma dan Sandra kembali bersama, sekaligus membuka kedok tunangan Sandra yang brengsek.
Namun, seperti komputer yang lupa dipasang antivirus, Juni justru “terinfeksi” perasaan pada rekan misinya sendiri. Flirting yang awalnya ringan berubah menjadi perasaan yang dalam, meski logika Juni berulang kali mengingatkan: cinta dengan mantan pacar sahabat adalah kesalahan fatal.
Ketegangan memuncak ketika sebuah fakta mengejutkan tentang Bhisma dan Sandra terkuak. Plot twist ini tidak hanya mengubah cara Juni melihat mereka, tetapi juga mengguncang sistem keyakinannya tentang cinta, persahabatan, hingga arti kejujuran pada diri sendiri.
Antara Dunia IT dan Dunia Seni
Salah satu kekuatan novel ini adalah perpaduan unik dunia IT dan seni. Bhisma dengan profesi arsitek dan kurator seni menghadirkan kontras menarik dengan rutinitas coding Juni. Hubungan mereka seakan merepresentasikan benturan logika versus rasa, rasionalitas versus intuisi.
Pradnya Paramitha juga berhasil mengangkat profesi web developer dengan detail yang jarang ditemukan dalam fiksi lokal. Istilah teknis IT dijelaskan lewat catatan kaki maupun analogi sederhana sehingga pembaca awam bisa memahami.
Membaca novel ini, kita mendapat gambaran tentang suka duka bekerja di bidang IT, tanpa kehilangan nuansa ringan khas metropop.
Isu-isu Serius di Balik Romansa
Meski dikemas sebagai cerita romantis, Algoritme Rasa tidak melulu soal cinta. Penulis juga menyelipkan isu penting seperti pelecehan seksual, kesehatan mental, hingga dinamika keluarga.
Karakter Juni yang jutek, blak-blakan, dan mandiri terasa sangat hidup. Namun di balik keteguhan dan ketulusannya yang terlalu jujur, ternyata Juni menghadirkan luka bagi orang lain.
Kata-kata dan tindakan yang tak pernah terpikirkan sebagai sesuatu yang sengaja, justru menjadi alasan seseorang menaruh kebencian yang teramat.
Algoritme Rasa adalah novel yang memadukan romansa, persahabatan, dan refleksi hidup dengan latar dunia kerja modern. Bagi yang mencari bacaan ringan namun sarat makna, buku ini menawarkan perpaduan pas antara hiburan dan wawasan.
Pradnya Paramitha seolah ingin menyampaikan pesan bahwa dalam hidup, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan logika. Ada kalanya, kita harus pasrah pada “algoritme rasa” yang jauh lebih rumit, tak terprediksi, sekaligus menakjubkan.