Entertainment
Cinta Laura: di Balik Independent Woman, Aku Tetap Manusia yang Bisa Rapuh

Yoursay.id - Cinta Laura dikenal sebagai sosok perempuan cerdas, kuat, dan mandiri. Ia sering dijadikan panutan karena kepribadiannya yang tegas dan ucapannya yang selalu memberikan motivasi. Namun, di balik citra independent woman itu, ada sisi rapuh yang jarang terlihat publik.
Melalui podcast Butik Haji Igun di kanal YouTube Comic 8 Revolution yang tayang pada Sabtu (25/10/2025), Cinta bercerita tentang perjalanan hidupnya yang tidak selalu mudah.
Ia mengungkap bagaimana sejak usia 12 tahun, hidupnya sudah diisi oleh tanggung jawab besar antara sekolah dan karier. Pada usia ketika anak lain masih bermain, Cinta sudah harus menyeimbangkan semuanya.
Hidup yang Terlalu Cepat untuk Usia 12 Tahun
“Orang enggak sadar bahwa saat aku baru masuk ke industri entertainment, itu kan aku usia 12 tahun. Selain aku enggak home schooling, aku tuh bener-bener sekolah enggak bolos, everyday,” ujarnya.
Cinta mengungkapkan rutinitas padat yang ia jalani kala itu mulai dari bangun jam lima pagi, berangkat sekolah setengah enam, belajar sampai sore, lalu latihan atletik sebelum lanjut syuting sinetron hingga tengah malam.
“Ya hidup aku dari umur 12 sampai 16 tahun kayak gitu. Dan zaman dulu sinetron enggak ada break hari Minggu ya, everyday kamu kerja,” ucapnya.
Meski sudah menjadi artis, Cinta tidak pernah mendapat perlakuan istimewa di sekolah. Teman-teman dan gurunya memperlakukannya seperti murid lain pada umumnya.
“Di rumah, mama papa aku enggak pernah memberi aku privilege karena aku punya karier. Di sekolah juga enggak ada yang peduli aku artis. Jadi kalau aku salah, ya dimarahin aja,” katanya.
Kesibukan yang begitu padat membuatnya sering kelelahan dan merasa sendirian. Ia bahkan sempat dirundung karena Bahasa Indonesianya yang belum terlalu lancar.
“Banyak yang enggak suka karena aku berbeda,” ujarnya.
“Apa salah aku, kenapa sih kalian harus mencaci maki aku segitunya. Dulu kalau otak umur tiga belas tahun kayak gitu ya. Kenapa cara ngomong aku diledek?” tambahnya.
Rapuh Bukan Berarti Lemah
Saat kuliah di New York, Cinta merasakan pengalaman baru, hidup tanpa sorotan publik. Ia juga belajar menerima bahwa ekspektasi orang lain tidak selalu bisa ia kendalikan.
“Waktu aku pindah ke New York, enggak ada yang kenal aku. Jadi aku benar-benar bisa berteman karena orang menyukai aku sebagai aku,” ucapnya.
“Orang lebih pengen denger bahwa aku gagal dan kalah. Orang jarang memberikan dukungan dan ucapan selamat,” tambahnya.
Dalam ceritanya, Cinta juga menyinggung soal hubungannya dengan orang tua. Ia paham, meski kadang terkesan pesimis, niat mereka selalu baik.
“Papaku dulu sempat nanya, ‘emang kamu bisa nyanyi?’ Tapi setelah albumku keluar, dia yang paling semangat kirim lagu aku ke teman-temannya,” tuturnya sambil tersenyum.
Kini, meski publik melihatnya sebagai sosok sukses dan banyak pencapaian, Cinta mengaku tidak cepat merasa puas dan terkadang ia juga sering merasa kesepian.
“Aku selalu sendiri karena enggak punya teman. Jadi aku selalu mencari kesibukan supaya enggak overthinking,” ujarnya.
Bagi Cinta, bekerja bukan hanya soal ambisi, tapi juga caranya melarikan diri dari rasa kosong. Namun seiring waktu, ia mulai belajar berdamai dengan diri sendiri.
“Makanya aku selalu berusaha sesibuk mungkin dan enggak pernah mau break, karena kalau aku break aku punya terlalu banyak waktu buat mikir. Jadi kerja itu pelarian dari emosi dan perasaan aku,” jelasnya.
“Aku sadar, kadang kita harus melepaskan dan mengikhlaskan. Enggak semua yang kita mau bisa tercapai,” tambahnya.
Cinta memberi pesan sederhana tapi dalam. Ia mengungkapkan kita harus tetap fokus dalam mencapai mimpi-mimpi kita, tapi jangan terlalu keras dengan diri sendiri hingga kita lupa untuk istirahat.
“Kita harus tetap fokus dan jangan males-malesan, tapi punya waktu istirahat juga penting. Kadang hidup itu sesederhana menikmati kopi tanpa terburu-buru,” pungkasnya.





