Ulasan
Ulasan Novel Rose in Chains: Intrik Politik dan Romansa di Dunia Magis

Yoursay.id - "Rose in Chains" adalah novel pertama dalam seri fantasi romantis The Evermore Trilogy karya Julie Soto. Novel ini dikenal dengan nuansa “romantasy” yang kental, perpaduan antara romance dan fantasy yang menghadirkan konflik emosional mendalam, intrik politik, serta dunia magis yang kejam.
Karya ini menarik perhatian karena merupakan pengembangan dari fanfiction populer karya penulis yang sebelumnya berjudul The Auction, dengan penyesuaian tokoh, dunia, dan alur untuk menciptakan kisah baru yang berdiri sendiri.
Cerita dibuka dengan latar dunia yang sedang bergejolak akibat perang besar. Kerajaan Eversun mengalami kekalahan telak, dan pahlawan mereka telah gugur. Briony Rosewood, seorang bangsawan yang memiliki darah kerajaan sekaligus ahli sihir berbakat, menjadi tawanan pihak musuh.
Dalam sistem baru yang bengis, ia dianggap sebagai heartspring, sumber energi magis yang bisa dieksploitasi untuk memperkuat penguasa baru. Briony dijual melalui lelang, dan nasibnya jatuh ke tangan Toven Hearst, seorang bangsawan dari pihak penakluk yang pernah menjadi rivalnya di masa lalu.
Hubungan antara Briony dan Toven menjadi pusat cerita. Awalnya hubungan mereka penuh kebencian, dendam, dan rasa saling tidak percaya. Toven, meski tampak dingin dan kejam, menyimpan rahasia yang perlahan terkuak seiring cerita berjalan. Dinamika mereka diwarnai ketegangan emosional dan tarik-ulur perasaan yang kuat. Julie Soto membangun romansa enemies to lovers dengan tempo lambat, sehingga pembaca dapat merasakan perkembangan perasaan kedua tokoh utama secara bertahap.
Selain kisah cinta, Rose in Chains juga memasukkan aspek politik dan kekuasaan dengan cukup mendalam. Dunia yang dibangun Soto penuh intrik, manipulasi, dan pertarungan kepentingan antarbangsawan. Briony bukan hanya berjuang untuk kebebasannya, tetapi juga harus cerdas memanfaatkan posisinya untuk mengumpulkan informasi, mencari sekutu, dan mengubah jalannya sejarah. Latar ini memberi bobot pada cerita, membuatnya lebih dari sekadar kisah romansa, melainkan juga drama kekuasaan dan perlawanan.
Tema yang diangkat dalam novel ini cukup gelap. Ada eksplorasi tentang perbudakan magis, eksploitasi tubuh demi kekuatan, serta dampak psikologis dari hidup di bawah penindasan. Briony digambarkan sebagai sosok yang tidak hanya bergantung pada kekuatan magisnya, tetapi juga pada kecerdasan dan tekadnya untuk bertahan. Karakternya mengalami perkembangan yang signifikan dari seorang tawanan yang tertekan menjadi figur yang berani melawan.
Julie Soto menggunakan gaya bahasa yang intim dan emosional, memadukan deskripsi yang detail dengan dialog yang tajam. Adegan-adegan penuh emosi, baik itu perdebatan sengit maupun momen keintiman, ditulis dengan puitis namun tetap tegas. Hal ini membuat pembaca dapat merasakan atmosfer cerita yang gelap dan tegang, tetapi juga tersentuh oleh momen-momen personal di antara tokoh.
Namun, novel ini memiliki beberapa kelemahan, pembaca menilai alurnya berjalan terlalu lambat di paruh awal, dengan pengulangan konflik emosional yang membuat ketegangan terasa stagnan. Ada juga yang mengkritik penjelasan sistem sihir yang kurang jelas, sehingga beberapa aspek dunia magis terasa membingungkan. Meski begitu, pengembangan karakter dan chemistry yang kuat antara Briony dan Toven mampu menutupi sebagian kekurangan tersebut bagi banyak pembaca.
Secara keseluruhan, "Rose in Chains" menawarkan pengalaman membaca yang intens dan penuh emosi. Novel ini cocok bagi penggemar fantasi romantis yang menyukai dinamika hubungan yang kompleks, latar dunia yang kelam, dan tokoh perempuan kuat yang berjuang melawan penindasan. Dengan perpaduan romansa slow burn, intrik politik, dan nuansa magis yang misterius, Julie Soto berhasil menciptakan cerita yang menggugah rasa ingin tahu pembaca hingga akhir.
Identitas Buku
Judul: Rose in Chains
Penulis: Julie Soto
Penerbit: Forever
Tanggal Terbit: 8 Juli 2025
Tebal: 464 Halaman