ulasan
Alunan Piano yang Menghubungkan Rasa Cinta dalam Novel A Song For Alexa

A Song For Alexa merupakan novel karya Cynthia Isabella yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2014. Novel yang memiliki 280 halaman ini menceritakan cinta segitiga, pertemanan yang erat, dan kepanitiaan sekolah.
Bercerita tentang Alexa, perempuan yang menyukai laki-laki bernama Daniel. Mereka begitu dekat namun harus berpisah di kelas yang berbeda. Alexa di kelas IPA dan Daniel di kelas IPS. Alexa jadi sedikit waktu mengobrol dengan Daniel walaupun Daniel sering datang ke kelasnya karena teman dekatnya berada di kelas Alexa.
Alexa tidak tahu bagaimana perasaan Daniel terhadapnya. Secara kebetulan, Vivi yang satu kelas dengan Daniel juga teman dekatnya menawari bantuan untuk menjadi perantara agar mereka dekat. Ditawari bantuan secara cuma-cuma, tentu disetujui Alexa dengan senang hati. Alexa sadar bahwa dia terlalu gugup untuk mengajak Daniel berbicara walaupun Daniel sendiri tahu bagaimana perasaan Alexa terhadapnya.
Benar. Alexa sudah pernah menyatakan rasa sukanya pada laki-laki itu. Daniel hanya tersenyum dan berterima kasih setelah Alexa menyatakan perasaannya. Tentu bukan itu yang Alexa mau. Dia meminta penjelasan, terlebih tidak suka digantungkan setelah melihat kedekatan Daniel dan Vivi yang tidak terpisahkan
Rieska, sebagai teman dekatnya yang satu kelas dengan Daniel memberi peringatan untuk tidak langsung mempercayai Vivi. Terlalu beresiko jika seandainya Vivi juga memiliki perasaan terhadap Daniel, yang ada malah terjadi kepalsuan dalam tawaran bantuan tersebut.
Dan benar saja, ketika Alexa menyetujui menjadi panitia acara sekolah, dia menemukan fakta bahwa Vivi dan Daniel akhirnya memutuskan untuk bersama. Mendengar itu rasanya Alexa hancur. Perasaan yang dia pendam selama ini ternyata tidak ada artinya. Apalagi mengingat Vivi yang menawari bantuan kepadanya namun justru malah mengkhianatinya.
Berusaha untuk tegar, Alexa ditugaskan melukis gambar. Dia bersyukur karena pekerjaannya tidak harus bersama para panitia yang lainnya. Alexa memutuskan untuk mengerjakannya di ruang lukis. Di tempat itulah Alexa menyembuhkan rasa sakitnya.
Saat jemarinya sibuk melukis, dia dikagetkan dengan suara alunan piano yang sangat merdu, seakan mendukungnya untuk lebih bersemangat dan tidak perlu sedih. Seorang misterius tersebut berhasil membuat sakit hatinya perlahan membaik.
Alexa tidak pernah melihat laki-laki itu selama bersekolah. Ternyata dia adalah senior, teman dekat dari ketua osis di sekolahnya. Kei namanya. Awalnya, Alexa merasa aneh setelah mendengar senior itu mengucapkan kalimat baku seperti orang kaku. Namun lambat laun, kalimat baku tersebut hilang digantikan kalimat lemah lembut.
Kei merupakan senior pertama yang dekat dengan Alexa. Pembawaannya yang tenang membuat Alexa nyaman berada didekatnya. Saat jam istirahat, Kei datang ke ruang tempat pianonya berada dengan sekat yang keduanya buka agar lebih luas antara ruang piano dan ruang lukis.
Keduanya jadi semakin dekat. Namun, terdapat masalah dalam hubungannya. Alexa masih terbelenggu dengan perasaannya terhadap Daniel dan Kei yang diam-diam bermain piano setelah dilarang bermain lagi oleh salah satu keluarganya.
Bagaimana hubungan mereka berdua? Apakah masalah mereka dapat teratasi dan menjadikan hubungan mereka secara resmi? Atau malah keduanya tetap berdiam diri tanpa melakukan perubahan? Kamu dapat membacanya lebih lanjut mengenai novel A Song For Alexa karya Cynthia Isabella.
Penulisan kalimat dalam novel ini menggunakan kata ganti pertama dan menggunakan bahasa yang ringan namun tetap menarik ketika dibaca.
Latar sekolah memang sudah kerap dijadikan sebagai bahan namun dalam novel ini, memuat bagaimana para siswa mengoordinasi acara kepanitiaan sekolah. Jadi, bagi anak sekolah yang bingung bagaimana acara sekolah dapat terlaksana dengan baik, dapat membaca novel ini agar mengetahui bahwa sebuah acara tidak bisa berjalan tanpa adanya panitia.
Cara penulis menggambarkan para tokoh dalam novel ini patut diacungi jempol. Rasanya, tokoh-tokoh tersebut memang dikhususkan oleh remaja-remaja labil yang sering bermusuhan dan melakukan tindakan di luar batas tanpa memikirkan kedepannya. Tapi, penulis tidak hanya menggambarkan kelabilan, tetapi juga menggambarkan bagaimana kedewasaan dan kebijaksanaan dari beberapa tokoh.
Kekurangan dalam novel ini hanya satu. Tokoh antagonis kurang mendapatkan hukuman atas perbuatan yang dilakukannya. Rasanya tidak adil melihat tokoh utama dibuat sakit hati dan fisik tapi tokoh antagonis masih baik-baik saja tanpa rasa bersalah.