ulasan

Review Novel Ikhlas Penuh Luka: Bukan tentang Melupakan, Tapi Merawat

Review Novel Ikhlas Penuh Luka: Bukan tentang Melupakan, Tapi Merawat
Novel Ikhlas Penuh Luka karya Boy Candra (Dok. Pribadi/Ruslan Abdul Munir)

Yoursay.id - Ikhlas Penuh Luka merupakan novel terbaru kaya Boy Candra yang mengangkat kisah dua jiwa yang memiliki luka yang sama, Basri dan Genia, yang dipertemukan secara tidak sengaja di sebuah pemakaman.

Pertemuan ini menjadi titik awal perjalanan mereka dalam menyembuhkan luka batin masing-masing. Basri tumbuh dalam kesepian setelah kehilangan ibunya dan harus menghadapi kehampaan bersama ayahnya yang larut dalam duka.

Sementara Genia, seorang perempuan mandiri, juga merasakan kesunyian karena ayahnya sibuk bekerja di luar kota dan ibunya telah lama tiada.

Tak hanya Basri, Ayah Basri juga mengalami luka mendalam akibat kepergian sang istri. Kepergian istrinya membuat ayah basri harus memiliki peran lebih di rumah, sebagai ayah sekaligus sebagai ibu.

Premis utama dalam novel ini adalah tentang kehilangan, kesedihan, dan proses menerima kenyataan hidup. Boy Candra menggambarkan bahwa setiap pertemuan selalu sepaket dengan perpisahan, dan setiap luka bisa menjadi pintu menuju keikhlasan serta awal perjalanan baru yang lebih bermakna.

Ikhlas: Bukan Tentang Melupakan, Tapi Merawat

Salah satu pesan paling kuat dalam buku ini adalah tentang makna ikhlas. Bukan tentang melupakan kenangan, tetapi tentang merawatnya.

Merawat ingatan baik, meskipun itu hadir bersama luka. Ada satu kutipan yang menampar pelan: “Ikhlas bukan soal melupakan sepenuhnya. Ikhlas adalah soal merawat ingatan baik dan kebahagiaan yang pernah ada di dalam ingatan-ingatan baik.”

Inilah yang membuat buku ini terasa begitu manusiawi. Tidak ada paksaan untuk menjadi “sembuh” atau “move on” secara instan.

Yang ada hanyalah ajakan untuk berdamai dengan waktu, dengan kenangan, dengan diri sendiri yang sedang belajar menjadi lebih lapang.

Tentang Kesendirian dan Pendewasaan

Boy Candra juga menggambarkan fase-fase sunyi dalam hidup sebagai bagian dari perjalanan menjadi dewasa. “Sekarang aku makin menyadari, kesepian datang saat kamu memulai lembaran hidup sebagai orang dewasa dan memeluk hal-hal yang tersisa dari dirimu untuk menenangkannya.”

Dalam kalimat sederhana ini, banyak pembaca akan merasa dipeluk. Kita yang mulai berjalan sendiri, kehilangan orang-orang terdekat, dan mulai menggantungkan harapan pada doa dan ingatan, akan menemukan cerminan dalam buku ini.

Karier, Cinta, dan Makna Hidup

Uniknya, buku ini tidak melulu tentang cinta romantis. Ada refleksi tentang karier, tentang hubungan dengan orang tua, tentang makna hidup. Seperti pada bagian ini: “Jika karier ditafsir sebagai jabatan kerja kantoran, mungkin aku tidak punya. Namun bagiku, karier adalah soal manfaat diri sebagai manusia.

Pandangan ini terasa menyegarkan. Bahwa kesuksesan tidak selalu berbentuk angka, gelar, atau status, tapi bisa hadir dalam bentuk kebermanfaatan dan pertumbuhan pribadi.

Kehangatan juga terasa dalam narasi tentang doa seorang ibu. “Doa-doa ibu masih tersisa, menemani ku sepanjang usia, meski ia telah habis waktu di dunia…” Kalimat ini menggetarkan hati, seakan mengingatkan kita bahwa cinta ibu melampaui batas kehidupan, menjadi pelindung dalam diam.

Kelebihan dan Kekurangan Novel

Sama halnya seperti tema-tema cerita pada novel populer kebanyakan, cerita yang diangkat dalam novel ini sangat dekat dengan kehidupan personal sehingga menjadi sebuah kelebihannya.

Bahasa yang digunakan sangat reflektif sehingga tak jarang membuat pembaca merenung setelah membaca kalimat per kalimat yang ditulis. 

Selain itu, novel ini juga di dilengkapi dengan kutipan-kutipan menarik serta ilustrasi yang estetik sehingga pembaca tidak mudah merasa bosan. Ilustrasi setiap latar di Kota Padang digambarkan melalui ilustrasi yang seolah nyata.

Namun, beberapa pembaca mungkin merasa alur cerita berjalan lambat karena fokus pada proses penyembuhan dan refleksi diri, bukan pada konflik besar atau kejutan dramatis.

Namun, hal ini juga justru bisa menjadi nilai lebih bagi mereka yang mencari bacaan yang penuh makna dan perenungan, sehingga novel ini cocok untuk dibaca.

Selain itu, saya pribadi masih merasa akan ada kelanjutan dari cerita Basri dan Genia selanjutnya. Karena terasa seperti sedikit menggantung terkait hubungan antara Basri dan Genia di akhir ceritanya.

Novel ini cocok dibaca untuk kamu yang sedang menginginkan pelukan dalam bentuk kata-kata. Novel ini mengajarkan bahwa ada luka yang tak akan sembuh, tapi bisa dihidupi. Ada masa lalu yang tak harus dilupakan, tapi bisa dijadikan pelajaran untuk melangkah.

Novel ini cocok untuk dibaca saat malam-malam sunyi, saat hati sedang butuh teman, atau ketika kamu ingin belajar untuk menerima kenyataan hidup dengan lebih tenang. Bukan karena semua akan baik-baik saja, tapi karena kamu akan lebih kuat dari sebelumnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Ruslan Abdul Munir

Ruslan Abdul Munir

Book lovers | Lost in pages

Total Artikel 147

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda