ulasan
Teka-Teki Terakhir: Novel Indonesia Rasa Terjemahan yang Penuh Kehangatan

Yoursay.id - Teka-Teki Terakhir karya Annisa Ihsani adalah salah satu contoh langka dari Novel-indonesia">Novel indonesia yang mampu memberikan nuansa seolah sedang membaca karya terjemahan dari penulis Inggris ternama.
Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2014, 256 halaman Novel ini menggabungkan elemen-elemen unik. Sentilan pada logika dan rasa ingin tahu, persahabatan, serta sentuhan magis kehidupan sehari-hari membuat Novel Teka-Teki Terakhir terasa begitu hangat dan menyentuh hati.
Sinopsis Teka-Teki Terakhir
Apa jadinya jika gosip di lingkungan kecil ternyata menyembunyikan rahasia yang jauh lebih besar dari dugaan siapa pun? Dalam Novel ini, pembaca diajak untuk menyelami dunia Laura Welman, seorang gadis berusia dua belas tahun yang hidupnya berubah drastis setelah mengenal keluarga Maxwell, tetangga misterius di Jalan Eddington, Littlewood.
Gosip yang berseliweran itu menyebut keluarga Maxwell sebagai penyihir, ilmuwan gila, bahkan bangsawan yang melarikan diri. Namun, tidak ada yang benar-benar tahu apa kenyataan di balik pintu rumah putih mereka.
Seiring plot berjalan, Laura perlahan terlibat dalam kehidupan pasangan eksentrik Maxwell. Dia menemukan dunia yang tidak hanya dipenuhi paradoks logika, teka-teki tukang cukur, ataupun terkaan filsafat. Laura menyaksikan obsesi terhadap pernyataan matematika yang belum terpecahkan selama lebih dari tiga abad, yaitu teori terakhir Fermat.
Hubungan Antartokoh yang Hangat dan Relatable
Sebagai tokoh utama, Laura Welman ditulis dengan empati yang tinggi. Namun, dia bukanlah tipikal anak yang genius secara tiba-tiba, seperti kebanyakan tokoh utama lainnya. Rasa ingin tahu Laura pun sangat besar. Dia punya keberanian untuk bertanya dan belajar, serta menyimak dengan baik.
Hubungan antara Laura dan pasangan Maxwell (James dan Eliza), serta Julius si tukang cukur dibangun secara perlahan-lahan. Pembaca dibuat merasakan kehangatan dan keakraban antara mereka secara nyata, seolah-olah menyaksikannya langsung terjadi di depan mata.
Persahabatan Laura dan Katie pun terasa membumi karena sangat dekat dengan kehidupan nyata remaja, agak-agak canggung, terkadang saling salah memahami, tetapi tetap memiliki keingingan untuk saling mendukung.
Dinamika hubungan Laura dengan tokoh-tokoh lain jadi salah satu poin penting dalam Novel Teka-Teki Terakhir. Pembaca dibawa menyusuri cerita tentang keingintahuan, ketekunan, sekaligus kedewasaan yang tumbuh pada diri anak-anak.
Adapun tokoh James Maxwell yang sangat stand out dan lumayan sulit dilupakan. Melalui sudut pandang Laura, James digambarkan seperti seorang ayah, paman, ataupun kakek yang ramah dan baik hati, yang tidak segan ataupun pelit dalam berbagi. Dengan obsesi ilmiah, tubuh yang menua, kebiasaan buruk, serta semangat tanpa ampun demi memecahkan teori terakhir Fermat, dia sukses mencerminkan sosok tragis yang penuh harapan.
Ada Kesan "Seperti Membaca Novel Terjemahan"
Di samping penggunaan nama tokoh dan tempat yang bukan berasal dari lokal, gaya penulisan Annisa Ihsani juga sangat unik.
Bahasanya rapi, mengalir, dan elegan. Kalau bukan karena nama penulis (juga karena mencari tahu informasi tentang Novel Teka-Teki Terakhir), pembaca bisa dibuat terkecoh karena mengira Novel ini merupakan terjemahan. Rasanya mirip-mirip kombinasi antara Novel middle grade klasik dan coming of age yang mengandalkan suasana ketimbang aksi atau perilaku. Kalimat-kalimat yang menghiasi kertas pun tidak muluk-muluk, tetapi tetap punya ritme dan rasa yang tepat.
Selain itu, nuansa magisnya juga tidak terburu-buru sehingga pembaca memiliki ruang untuk merenung bersama para tokoh. Kelebihan ini berhasil mempertahankan rasa penasaran tanpa gimik dramatis.
Dengan mudahnya, pembaca akan ikut terhanyut dalam kehidupan Laura Welman. Bukan sekadar mengungkap teka-teki saja, melainkan karena ada kehangatan yang ditawarkan juga: tentang keluarga, pertemanan, kehilangan, serta semangat untuk tidak menyerah.
Walaupun ditulis dari sudut pandang anak-anak, Novel Teka-Teki Terakhir punya banyak nilai kehidupan yang bisa dimaknai segala usia. Mulai dari menerima kegagalan, berharganya rasa ingin tahu, pentingnya ketulusan, sampai bagaimana rasa kehilangan dapat membentuk kita.
Novel ini berhasil menyentuh emosi pembaca, yang pada akhirnya meninggalkan kesan mendalam, tentunya sulit dijelaskan dengan logika meskipun Novel Teka-Teki Terakhir sangat identik dengan logika dan matematika. Jika kamu suka vibes dalam Novel A Man Called Ove, wajib banget untuk coba baca Teka-Teki Terakhir!