ulasan

Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad: Uji Moral dan Permainan Psikologis

Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad: Uji Moral dan Permainan Psikologis
Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad (goodreads.com)

Yoursay.id - Diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer pada 2022, Novel karya Lee Song Kwan ini telah resmi diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Meskipun waktu telah berlalu, Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad masih eksis di kalangan penggemar misteri psikologis.

Novel ini berkali-kali direkomendasikan oleh pembaca berbeda. Premisnya cukup simpel, tetapi mampu menjual plot. Diceritakan bahwa seorang detektif polisi bernama Lee Soo In kehilangan ingatan dan penglihatannya tatkala menyelidiki dan memburu pelaku pembunuhan berantai. Sederhananya, Inspektur Lee Soo In mengalami kecelakaan saat sedang bekerja.

Hal yang membuat plot ini begitu menarik adalah kecerdikan luar biasa dari si pembunuh berantai. Bukan hanya mampu melakukan kejahatan tanpa meninggalkan jejak, melainkan juga lihai dalam memanipulasi situasi sehingga pihak kepolisian sulit menebak identitasnya.

Setiap langkah si pembunuh berantai sangatlah rapi dan terencana, seakan-akan dia selalu selangkah lebih maju dari para penyelidik. Menangkapnya bagaikan mencoba menggenggam seekor ikan licin yang terus-menerus menyelinap, selalu berhasil lolos.

Si pembunuh berantai diberi julukan "Peniru" karena motifnya yang melakukan reka ulang kejahatan korban-korbannya. Fakta ini membuat pembaca mengernyit kebingungan, "Maksudnya apa sih?"

Setelah diusut, korban-korban dari Peniru adalah pelaku kejahatan yang lolos atau dibebaskan dari hukum di masa lalu. Sederhananya, pembunuhan berantai ini berorientasi pada penghakiman yang belum usai, dengan Peniru yang menjembatani hukuman setimpal. Jadi semacam percepatan karma, ya?

Tidak sampai di situ saja, Peniru juga menyembunyikan jasad para korban sehingga semakin menambah teka-teki yang harus dipecahkan oleh pihak kepolisian. Demikian pula alasan kenapa Novel ini berjudul Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad.

Konflik Tidak Hanya Berpusat pada Inspektur Lee Soo In dan Peniru

Tidak hanya persoalan antara Inspektur Lee Soo In—seorang anggota kepolisian yang kehilangan ingatan dan penglihatan dalam pemburuan Peniru—dengan Peniru saja, muncul juga dugaan yang mengguncang pendirian pembaca. Pembaca yang dibuat fokus pada pengejaran Peniru jadi harus mengalihkan atensi pada kehadiran Detektif Han Ji Soo.

Detektif Han Ji Soo adalah seseorang yang ditugaskan untuk membantu pemulihan Inspektur Lee Soo In. Tidak disangka-sangka, tiba-tiba saja muncul dugaan bahwa dia merupakan kaki tangan Peniru. Ini adalah sebuah kebetulan yang mengejutkan karena, di saat yang bersamaan, Detektif Han Ji Soo sedang menyelidiki tuduhan rekan sejawat pada dirinya. Tuduhan itu berupa: "Detektif Han Ji Soo menekan tersangka untuk mengakhiri hidupnya sendiri."

Banyaknya pembahasan kasus dalam tempo yang sama membuat Novel ini berkaitan erat dengan kehidupan nyata. Tentunya, ini juga merupakan trik penulis untuk mengecoh pembaca, membuat kita semua pecah fokus dan keliru dalam berspekulasi. Meskipun demikian, inilah keseruan ketika membaca Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad.

Pembaca yang "Menjadi" Inspektur Lee Soo In

Alur cerita maju dengan menitikberatkan sudut pandang Inspektur Lee Soo In. Kita dibuat berada dalam sepatunya, merasakan apa yang dilihat dan didengar, serta apa yang berusaha diingat. Ketidaktahuan dan kecemasan Inspektur Lee Soo In menyeruak, seolah menembus tabir yang membatasi fiksi dan realitas. Pembaca ikut dibuat takut akan ketidakpastian. Ingatan Inspektur Lee Soo In yang kopong membuat dia kesulitan membedakan mana kawan dan mana lawan.

Penglihatan yang juga turut hilang membuat Inspektur Lee Soo In hanya bisa mengandalkan indra pendengaran. Menghitung langkah kaki, mendengar deru napas seseorang, menilai gerak-gerik dari jejak angin yang tertinggal, mengira-ngira emosi dari nada bicara, hanya itu yang bisa dia lakukan selagi berusaha keras menemukan ingatannya kembali.

Hal lain yang menjadi sorotan dalam Novel Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad adalah perkembangan karakter Inspektur Lee Soo In dan Detektif Han Ji Soo. Siapa yang mengira kecurigaan kuat antara keduanya bisa berubah jadi rasa saling percaya?

Membaca Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad membuat kita merenung sejenak. Bukan sekadar rumitnya kasus yang dibahas, melainkan juga karena ada lapisan kebenaran yang diungkap secara perlahan, tetapi bertubi-tubi. Inilah yang meninggalkan rasa sesak dalam benak pembaca. Melalui premis simpel, pembaca turut terombang-ambing dalam upaya pemecahan kasus.

Mulanya, permainan psikologis hanya ada di antara Inspektur Lee Soo In dan Detektif Han Ji Soo saja, atau antara seluruh anggota kepolisian dan Peniru. Akan tetapi, nyatanya, pembaca pun terlibat. Disadari atau tidak, kita telah terjebak dalam dugaan tanpa henti.

Selain itu, Novel ini juga menguji moral kita sebagai manusia. Penghakiman patut diberikan kepada mereka yang bersalah, yang terbebas dari hukuman setimpal. Secara tidak langsung kita akan berpikir, "Sebenarnya dia pantas mendapatkan itu."

Peniru dan Pembunuhan Tanpa Jasad cocok untuk penggemar genre misteri detektif. Dibumbui permainan psikologis, Novel ini punya potensi besar untuk menjangkau pembaca lebih luas. Tidak hanya menguji moral, kita juga akan mengetahui makna kepercayaan, seberapa besar satu kata benda itu bisa membuat kita rela untuk berkorban (tanpa keraguan, tanpa pertanyaan, tanpa ketakutan), dan sesulit apa keadilan ditegakkan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda