ulasan
Ulasan Film Dendam Malam Kelam: Thriller Indonesia yang Gak Bisa Dilupain!

Yoursay.id - Dendam Malam Kelam (2025) adalah film thriller psikologis Indonesia yang bikin bulu kuduk berdiri sekaligus memancing otak buat terus nebak-nebak.
Disutradarai oleh Danial Rifki dan diproduksi Falcon Pictures, film ini merupakan adaptasi dari film El Cuerpo (2012), film Spanyol karya Oriol Paulo.
Dengan sentuhan lokal yang kental, Dendam Malam Kelam berhasil menghadirkan nuansa kelam nan mencekam, dibalut akting solid dari para bintangnya: Arya Saloka, Davina Karamoy, Marissa Anita, dan Bront Palarae. Yuk, kita bedah kenapa film ini wajib masuk watchlist kamu!
Ceritanya berpusat pada Jefri (Arya Saloka), seorang dosen yang hidupnya kelihatan sempurna setelah menikahi Sofia (Marissa Anita), pewaris perusahaan besar. Tapi, di balik fasad rumah tangga yang harmonis, Jefri main serong dengan mahasiswinya, Sarah (Davina Karamoy). Didorong nafsu dan ambisi, keduanya merencanakan pembunuhan terhadap Sofia.
Rencana mereka awalnya mulus, tapi plot twist besar datang ketika jasad Sofia tiba-tiba lenyap dari kamar mayat sebelum autopsi. Dari sini, masuklah detektif Arya Pradana (Bront Palarae), yang berusaha menguak misteri dengan logika dinginnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Sofia beneran mati, atau ada sesuatu yang lebih kelam di balik ini semua?
Alur film ini mirip banget seperti puzzle yang bikin aku sebagai penonton ikut mikir. Awalnya memang agak lambat, tapi ini justru malah memberi ruang untuk karakter berkembang, jadi kita bisa merasakan emosi dan konflik batin mereka.
Ketegangan mulai naik ketika babak kedua, di mana petunjuk-petunjuk kecil mulai terungkap, dan twist-nya bikin aku geleng-geleng kepala. Nggak cuma soal misteri hilangnya jasad, film ini juga mengeksplor sisi psikologis manusia: rasa bersalah, ketakutan, dan dendam yang seperti bayang-bayang nempel terus.
Arya Saloka sebagai Jefri benar-benar mencuri perhatian. Dia berhasil memerankan karakter yang manipulatif tapi rapuh, bikin kita bingung antara simpati atau sebel sama dia.
Davina Karamoy sebagai Sarah juga gak kalah keren, menunjukkan sisi lugu yang menyimpan obsesi mengerikan. Marissa Anita, meski screentime-nya terbatas, bikin karakter Sofia terasa hidup, bahkan setelah “pergi”.
Bront Palarae sebagai detektif Arya Pradana? Duh, auranya dingin tapi karismatik, cocok banget buat peran penyidik yang keras kepala tapi manusiawi. Chemistry antarpemain ini bikin setiap adegan terasa intens, apalagi pas adu argumen antara Jefri dan Arya—bikin deg-degan!
Secara visual, Dendam Malam Kelam punya estetika film noir yang kuat. Sinematografinya penuh bayangan, cahaya temaram, dan warna gelap yang bikin suasana makin mencekam.
Tata artistiknya juga jempolan, dari setting kamar mayat yang dingin sampai apartemen Sarah yang penuh tekanan psikologis.
Scoring musiknya, apalagi lagu tema karya Ghea Indrawari, menambah vibe kelam yang selaras dengan cerita. Meski ada beberapa adegan yang terasa “familiar” dari film horor lokal lain, eksekusinya tetap bikin merinding kok sobat Yoursay.
Sebagai remake, film ini setia sama El Cuerpo, tapi Danial Rifki pintar memberikan sentuhan lokal tanpa kehilangan esensi cerita aslinya. Dialog dan konflik disesuaikan agar relevan dengan penonton Indonesia, misalnya dinamika hubungan Jefri-Sofia yang mencerminkan isu sosial lokal.
Tapi, kalau dibandingkan sama versi Spanyol, ada beberapa lapisan emosional yang kurang mendalam. Jujur sih aku merasa ada “lubang” kecil di plot, seperti penjelasan akhir yang agak menggantung. Tapi, ini justru bisa jadi daya tarik buat yang suka mikir sendiri setelah nonton.
Di salah satu media sosial, Dendam Malam Kelam dapat sambutan positif. Banyak yang memuji plot twist-nya yang “membagongkan” dan sinematografi yang “stunning”.
Salah satu pengguna kasih rating 9,5/10, bilang plot-nya pas dan aktingnya oke banget. Ada juga yang merasa film ini membawa angin segar buat perfilman Indonesia karena berani betmain di genre thriller noir yang jarang dilirik. Rata-rata, ratingnya berkisar di 8,5-9,5/10—buktinya film ini beneran ngena!
Kekuatan film ini ada di akting solid, sinematografi ciamik, dan alur yang bikin penasaran. Twist-nya terasa organik, nggak maksa, dan bikin kita pengin nonton ulang untuk mencari“telur” tersembunyi.
Tapi, buat yang udah nonton El Cuerpo, mungkin bakal merasa kurang surprised karena ceritanya gak jauh beda. Selain itu, tempo awal yang lambat bisa bikin sebagian penonton agak bosan sebelum masuk ke inti ceritannya sih menurutku.
Dendam Malam Kelam adalah bukti bahwa perfilman Indonesia bisa bikin thriller psikologis yang gak kalah sama film luar. Buat kamu yang suka cerita detektif, misteri forensik, atau drama penuh intrik, film ini wajib banget masuk list.
Meski bukan tanpa cela, eksekusi cerita, akting, dan visualnya bikin pengalaman nontonku jadi memorable. Jadi, siap-siap ajak temen buat nonton bareng di bioskop mulai 28 Mei 2025—tapi jangan lupa, film ini rating D17+, ya!
Rating dari aku: 8,5/10. Pokoknya, Dendam Malam Kelam adalah paket lengkap: tegang, emosional, dan penuh kejutan. Cus ke bioskop, dan jangan lupa siapkan mental buat plot twist-nya!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS