news

Tiga Pilar Kedamaian: Solusi Atasi Emosi di Lapas Narkotika Muara Sabak

Tiga Pilar Kedamaian: Solusi Atasi Emosi di Lapas Narkotika Muara Sabak
Komunitas Gracias di Lapas Narkotika kelas IIB Muara Sabak.(dok.pribadi/tim gracias)

Yoursay.id - Kehidupan di dalam Lembaga Pemasyarakatan seringkali diwarnai oleh tekanan dan keterbatasan, yang dapat memicu beragam gejolak emosi pada warga binaan. Perasaan seperti marah, cemas, frustrasi, hingga kehilangan harapan kerap muncul, berpotensi memperburuk kondisi psikologis dan memicu konflik internal. Menanggapi tantangan ini, komunitas GRACIAS meluncurkan sebuah program psikoedukasi inovatif bernama "Tiga Pilar Kedamaian" di Lapas narkotika Kelas IIB Muara Sabak.

Program ini secara khusus dirancang untuk membantu warga binaan mengelola emosi mereka secara efektif. Tujuannya adalah membangun ketenangan batin dan keseimbangan emosi yang esensial, baik selama masa tahanan maupun sebagai bekal untuk kehidupan pasca-bebas. "Tiga Pilar Kedamaian" mengadopsi pendekatan terpadu yang melibatkan edukasi, refleksi diri, diskusi kelompok, dan latihan relaksasi, menjadikannya ruang penyembuhan psikologis yang konkret dan bermakna. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi pondasi awal bagi warga binaan untuk membangun kembali kehidupan yang lebih sehat dan damai.

Pilar Pertama: Pengelolaan Amarah (Anger Management)

Pilar pertama dalam program ini berfokus pada pengelolaan amarah. Amarah adalah respons emosional yang wajar, namun jika tidak dikelola dengan tepat, terutama dalam lingkungan lapas, dapat berujung pada peningkatan konflik antarsesama warga binaan, pelanggaran disiplin, atau bahkan mengembalikan pola perilaku negatif.

Dalam sesi ini, warga binaan mendapatkan pemahaman mendalam tentang bagaimana mengidentifikasi pemicu amarah mereka. Mereka diajak untuk mengenali sinyal-sinyal fisik dan pikiran yang muncul sebelum amarah memuncak, serta konsekuensi yang mungkin timbul dari amarah yang tidak terkontrol. Materi yang disampaikan tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga mengajak peserta untuk berefleksi.

Warga binaan dilatih untuk:

Mengenali pemicu dan pola amarah yang sering mereka alami dalam keseharian.
Mengidentifikasi sinyal dini seperti detak jantung yang meningkat, ketegangan otot, atau pikiran negatif.
Mempelajari teknik praktis seperti pernapasan dalam, mengambil jeda sebelum bereaksi, dan cara berkomunikasi secara asertif untuk menyampaikan perasaan tanpa agresi.
Pilar ini bertujuan untuk membentuk kesadaran emosi dan mengembangkan kontrol diri, yang merupakan langkah fundamental dalam mencapai ketenangan batin.

Pilar Kedua: Menghitung Berkah dan Rasa Syukur (Bless Counting)

Pilar kedua memperkenalkan narapidana pada kekuatan syukur dan apresiasi. Dalam kondisi fisik yang terbatas, seringkali narapidana kehilangan perspektif positif dalam hidup dan kesulitan melihat sisi terang dari situasi mereka.

Melalui strategi Bless Counting, peserta program dilatih untuk:

Menemukan kembali aspek positif dari kehidupan mereka, meskipun di tengah keterbatasan.
Menghargai momen-momen kecil seperti ketenangan sesaat, dukungan yang mungkin masih diterima dari keluarga, kemajuan pribadi, atau interaksi positif dengan sesama warga binaan dan petugas.
Membangun pola pikir positif dan harapan melalui kegiatan seperti menuliskan hal-hal yang disyukuri atau berbagi pengalaman positif dengan kelompok.
Pilar ini berupaya menumbuhkan keikhlasan dan penerimaan, membantu meringankan beban hati, dan menggeser fokus dari perasaan marah atau penyesalan menuju pandangan yang lebih optimis.

Pilar Ketiga: Pemaafan Diri (Self-Forgiveness)

Banyak narapidana hidup dalam bayang-bayang rasa bersalah, malu, dan kebencian terhadap diri sendiri akibat kesalahan di masa lalu. Emosi-emosi ini, jika tidak ditangani, dapat menghambat proses rehabilitasi dan menyabotase upaya mereka untuk berubah.

Pilar pemaafan diri dirancang untuk:

Membantu narapidana menerima bahwa mereka pernah melakukan kesalahan, namun ini tidak berarti identitas mereka secara keseluruhan adalah buruk. Mendorong refleksi diri melalui kegiatan seperti menulis surat kepada diri sendiri, sebagai bentuk pengakuan, penerimaan, dan harapan untuk bertumbuh. Menanamkan pemahaman bahwa memaafkan diri bukan berarti mengabaikan tanggung jawab, melainkan memberi ruang bagi penyembuhan dan perubahan perilaku di masa depan.

Melalui pemaafan diri, warga binaan diharapkan dapat melepaskan beban batin yang menghimpit, membangun kembali harga diri yang positif, dan membuka diri terhadap proses rehabilitasi yang lebih efektif dan berkelanjutan.

Program "Tiga Pilar Kedamaian" oleh komunitas GRACIAS di Lapas narkotika Kelas IIB Muara Sabak ini menjadi bukti nyata komitmen dalam mendukung rehabilitasi warga binaan. Dengan berfokus pada dimensi psikologis dan emosional, program ini tidak hanya membantu mereka mengelola emosi di dalam lapas, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan penting untuk membangun kehidupan yang lebih stabil dan damai setelah kembali ke masyarakat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda