News
Dari LPS ke Kursi Menkeu: Akankah Purbaya Tetap Berani Lawan Budaya ABS?

Yoursay.id - Menteri Keuangan (Menkeu) yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa, lagi-lagi bikin heboh. Kali ini bukan soal kebijakannya, tapi soal "curhat"-nya tentang masa lalunya saat memimpin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Dalam sebuah podcast, ia dengan blak-blakan membongkar betapa bobroknya budaya kerja di sana, terutama soal kultur "yes-man" alias Asal Bapak Senang (ABS).
Purbaya dengan tegas bilang kalau dia anti banget sama budaya ini. Tapi, di sinilah letak ironi terbesarnya. Di saat ia memposisikan diri sebagai pemimpin anti-ABS, banyak netizen justru mencapnya sebagai "yes-man" setelah dilantik menjadi pengganti Sri Mulyani.
Saat Rapat Cuma Jadi Ajang Buang Waktu
Dalam obrolannya bersama Putri Tanjung, Menkeu Purbaya cerita soal pengalamannya pertama kali masuk LPS. Ia kaget karena banyak karyawan yang mengeluh soal work-life balance yang jelek. Awalnya ia bingung, karena saat itu LPS sedang tidak menghadapi krisis.
Usut punya usut, biang keroknya bukan karena kerjaan yang banyak, tapi karena rapat yang nggak ada habisnya.
"Kerja terus katanya... Rupanya mereka rapat bertele-tele, lama banget gak putus-putus," ujar Purbaya.
Melihat inefisiensi ini, ia pun langsung memangkas tradisi rapat maraton.
"Lalu, saya ubah sehingga mereka rapatnya lebih pendek. Kalau udah bisa diputusin ya putus aja langsung gak usah lama-lama," katanya.
Beda Pendapat = Auto Mutasi?
Masalah kedua yang ia temukan ternyata jauh lebih parah: budaya feodal yang sudah mengakar. Di LPS saat itu, berbeda pendapat dengan atasan adalah sebuah dosa besar yang hukumannya adalah mutasi.
"Terus yang kedua anak buah tuh kalau beda pendapat sama atasan bisa dipindah rupanya. Tadinya saya gak tahu kenapa dipindah ternyata karena perbedaan pendapat," lanjut Purbaya.
Mendengar ini, Putri Tanjung langsung menyimpulkan kalau kultur "yes-man" sudah mendarah daging di sana.
"Saya Gak Mau Kerja Sama Orang Bodoh!"
Purbaya dengan tegas menyatakan kebenciannya terhadap budaya ABS ini. Baginya, kultur penjilat ini bukan cuma buruk, tapi juga bisa membuat orang jadi bodoh.
"Yes-man itu jeleknya gini, kalau Anda 20 tahun jadi yes-man. 20 tahun lagi Anda jadi bodoh. Saya gak mau kerja sama orang bodoh, capek lah saya," ujarnya.
Ia pun langsung membuat aturan baru: semua karyawan bebas berpendapat sekritis apa pun tanpa takut dihukum. Yang penting cuma satu, jangan korupsi.
"Lu ngomong aja apa adanya, gak akan dihukum. Kecuali lu korupsi ya kita sikat," tegasnya.
Ironi Terbesar: Dulu Benci, Kini Dituduh
Nah, di sinilah ceritanya jadi makin menarik. Di saat Purbaya dengan bangga menceritakan rekam jejaknya sebagai pemimpin anti "yes-man", netizen justru punya pandangan sebaliknya.
Sejak hari pertama ia dilantik, banyak yang sudah mencurigainya sebagai sosok yang akan menjadi "yes-man" bagi pemerintahan baru.
Kini, Purbaya dihadapkan pada sebuah tantangan besar. Bukan cuma soal mengurus ekonomi negara, tapi juga soal membuktikan bahwa dirinya di kursi Menkeu akan tetap sama seperti Purbaya yang dulu berani merombak kultur bobrok di LPS.
Apakah ia akan tetap menjadi pemimpin yang anti "yes-man", atau tekanan politik akan mengubahnya menjadi sosok yang dulu sangat ia benci?