News
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat

Yoursay.id - Di saat kita lagi gerah-gerahnya sama isu tunjangan fantastis anggota DPR kita, seorang konten kreator justru datang dengan "studi banding" versi hemat yang langsung menampar realita. Dian Kusuma, pemilik akun Neo Jepang, melakukan hal yang mungkin nggak pernah kepikiran sama para pejabat kita: ngobrol langsung sama anggota parlemen (DPR) Jepang.
Hasilnya? Sebuah video wawancara yang isinya perbandingan super jomplang antara fasilitas dan etika pejabat di dua negara. Puncaknya adalah saat sang anggota DPR Jepang melontarkan satu pertanyaan polos yang bikin Dian Kusuma cuma bisa tertawa getir.
Fasilitas Pejabat: Langit dan Bumi
Dian Kusuma mewawancarai Kotaro Ikehata, seorang anggota DPR Jepang. Pertanyaan pertamanya langsung ke intinya: fasilitas.
Soal Mobil Dinas: Di Jepang, mobil dinas itu cuma buat pejabat setingkat menteri.
"Kalau orang kayak saya nggak dapat," ungkap Kotaro Ikehata dengan santai. Beda banget, ya?
Soal Rumah Dinas: Nah, ini yang menarik. Anggota DPR Jepang memang dapat fasilitas rumah berupa apartemen di Tokyo. Tapi, mereka tetap bayar sewa!
"Ada rumahnya tapi saya bayar. Tapi bayar sewa rumahnya lebih murah dari orang biasa," jelasnya. Bandingkan dengan tunjangan perumahan Rp50 juta (yang kini sudah dihapus) di sini.
Soal Transportasi: Kotaro Ikehata, yang rumahnya empat jam dari Tokyo, mengaku biasa bolak-balik pakai kereta cepat atau pesawat.
Tapi ia juga bilang, "Yang dekat juga ada yang pakai sepeda." Yap, anggota DPR-nya ada yang naik sepeda ke kantor!
Momen 'Skakmat' Soal Mundur dari Jabatan
Setelah membahas fasilitas, Dian masuk ke topik yang paling nyelekit: budaya minta maaf dan mundur dari jabatan kalau berbuat salah.
Menurut Kotaro Ikehata, itu semua tergantung level kesalahannya. Tapi kalau sudah menyangkut uang, jawabannya tegas.
"Misalnya masalah penyelewengan uang, saya rasa itu berat sekali. Saya rasa (akan) mengundurkan diri," terangnya.
Mendengar ini, Dian Kusuma langsung mengungkapkan kekagumannya. Ia bilang, sikap kesatria para pejabat Jepang inilah yang bikin mereka kelihatan keren di mata orang Indonesia.
Nah, di sinilah momen "skakmat"-nya terjadi. Merasa dipuji, Kotaro Ikehata dengan polosnya bertanya balik.
"Kalau pejabat Indonesia gimana?"
Boom! Pertanyaan singkat itu seolah jadi cermin raksasa bagi realita politik di negara kita. Dian Kusuma? Dia nggak bisa jawab apa-apa. Dia cuma bisa tertawa. Sebuah tawa yang mungkin mewakili perasaan kita semua: lucu, miris, sekaligus sedih.
Netizen: "Ini Baru Studi Banding yang Bener!"
Konten ini langsung meledak di media sosial. Netizen ramai-ramai memuji Dian Kusuma karena sudah memberikan "studi banding gratis" yang jauh lebih bermanfaat daripada perjalanan dinas mahal para pejabat.
"Keren banget ini konten. Gak perlu studi banding mahal-mahal ke luar negeri ya," komentar seorang warganet.
"Real studi banding tanpa biaya yang over," sahut yang lain.
Konten ini lebih dari sekadar wawancara biasa. Ini adalah sebuah sindiran cerdas yang menunjukkan betapa jauhnya standar etika dan fasilitas antara pejabat kita dan pejabat di negara maju. Jadi, kapan ya pejabat kita siap "disentil" dengan pertanyaan se-polos itu?