news
Hari Lahir Pancasila di UNJA: Dari Upacara hingga Aksi Nyata Membangun Bangsa!

Yoursay.id - Di bawah langit pagi yang bersih dan terang, suasana di kawasan Kampus Universitas Jambi (Unja) Mendalo, Senin (2/6/2025), dipenuhi semangat kebangsaan yang kental. Ratusan civitas akademika dari pimpinan universitas, dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa berkumpul di lapangan utama kampus untuk memperingati Hari Lahir Pancasila.
Tertib dalam barisan dan sarat makna, mereka menghidupkan kembali roh ideologi bangsa dalam sebuah upacara yang bukan sekadar seremoni, tetapi juga pernyataan sikap kolektif: Pancasila masih dan akan terus hidup dalam ruang-ruang pendidikan tinggi Indonesia.
Upacara dimulai pukul 07.30 WIB dan dipimpin langsung oleh Rektor Universitas Jambi, Prof. Helmi, sebagai inspektur upacara. Dengan tema nasional “Memperkokoh Ideologi Pancasila, Menuju Indonesia Raya”, momen ini dijadikan Universitas Jambi sebagai ajang refleksi mendalam akan pentingnya peran perguruan tinggi dalam merawat nilai-nilai dasar bangsa.
Tampak hadir di tengah barisan peserta upacara, para dosen dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, khususnya Program Studi Psikologi. Mereka berdiri tegap, mengenakan pakaian formal lengkap, menyatu dalam irama nasionalisme yang mengalun lewat lagu “Indonesia Raya” saat Sang Saka Merah Putih perlahan dikibarkan.
Bagi para dosen Psikologi Universitas Jambi, keikutsertaan mereka dalam peringatan ini tidak berhenti pada kewajiban administratif. Lebih dari itu, ini adalah wujud nyata dari internalisasi nilai Pancasila dalam praktik keilmuan, pengajaran, dan pengabdian masyarakat.
Ketua Jurusan Psikologi, Dessy Pramudiani, S.Psi., M.Psi., Psikolog, menegaskan bahwa Pancasila sejatinya hidup dalam setiap sendi ilmu psikologi.
“Dalam Psikologi, kita bicara tentang empati, keadilan sosial, dan penghargaan terhadap martabat manusia dan semuanya itu adalah isi jiwa dari Pancasila,” ungkap Dessy.
“Bagi kami, Hari Lahir Pancasila bukan hanya upacara simbolik, tetapi momen refleksi epistemologis bahwa ilmu yang kita ajarkan memiliki akar kebangsaan yang kuat.”
Dessy juga menambahkan bahwa kurikulum psikologi di Unja didesain untuk membentuk lulusan yang bukan hanya kompeten secara akademik, tetapi juga peka terhadap realitas sosial dan memiliki komitmen terhadap kemaslahatan bangsa.
Wujud konkret dari komitmen ini juga tampak dalam berbagai program pengabdian dan riset dosen Psikologi Unja.
Nurul Hafizah, M.Psi., Psikolog, salah satu dosen Psikologi, menjelaskan bahwa prinsip keadilan sosial dan kemanusiaan menjadi landasan dalam pendekatan psikologi komunitas yang mereka lakukan di berbagai lapisan masyarakat dari sekolah hingga lembaga pemasyarakatan.
“Kami percaya, riset dan intervensi psikologis harus memuliakan manusia. Dan itu adalah bentuk implementasi nyata dari sila kedua dan kelima Pancasila,” ujarnya.
Sementara itu, Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog, yang juga Koordinator Program Studi Psikologi, menyoroti pentingnya pendekatan lintas budaya dalam pendidikan psikologi.
“Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman. Kami melatih mahasiswa untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya dan keyakinan, yang sejatinya merupakan penerapan sila persatuan Indonesia dan ketuhanan yang maha esa dalam praktik akademik sehari-hari,” jelasnya.
Dalam amanatnya, Prof. Helmi menyerukan agar seluruh elemen kampus menjadikan Pancasila bukan sekadar narasi masa lalu, tetapi sebagai cahaya penuntun di tengah gelombang zaman yang sarat tantangan.
“Globalisasi, revolusi digital, dan polarisasi sosial menguji kita semua. Tetapi Pancasila adalah jangkar dan kompas moral yang tidak boleh ditanggalkan,” tegasnya.
“Tugas kita, sebagai akademisi, adalah menanamkan nilai-nilai luhur ini kepada generasi penerus bangsa.”
Prof. Helmi juga menekankan bahwa Universitas Jambi ingin melahirkan lulusan yang tidak hanya unggul dalam kompetensi akademik, tetapi juga memiliki integritas, nasionalisme, dan kepekaan sosial yang tinggi.
“Kita ingin membentuk intelektual yang berpikir Pancasila, bersikap Pancasila, dan bertindak dengan semangat Pancasila,” tambahnya.
Peringatan Hari Lahir Pancasila di Universitas Jambi bukan hanya menampilkan kekhidmatan upacara formal, tetapi juga menghadirkan pesan kuat bahwa kampus bukanlah ruang netral ideologi. Sebaliknya, ia adalah arena strategis tempat nilai-nilai kebangsaan ditempa dan diturunkan kepada generasi muda bangsa.
Simbol-simbol upacara seperti pengibaran bendera, pembacaan Pancasila dan UUD 1945, serta ikrar kebangsaan, menjadi pengingat bahwa ideologi negara tak boleh redup di tengah hiruk-pikuk pragmatisme akademik. Justru di ruang-ruang intelektual inilah, nilai-nilai Pancasila harus terus disuarakan, dikritisi, dan dikukuhkan dalam wujud nyata.
Upacara ini menjadi bukti bahwa Universitas Jambi tak hanya fokus pada pencapaian akademik, tetapi juga berkomitmen membentuk manusia Indonesia yang paripurna cerdas secara intelektual, matang secara emosional, dan kokoh secara moral.
“Pancasila bukan milik masa lalu, tetapi warisan abadi yang harus dijaga dengan karya nyata,” ujar Prof. Helmi menutup amanatnya.
“Mari kita jadikan Pancasila sebagai napas dalam setiap langkah kita di ruang kuliah, ruang laboratorium, ruang riset, dan ruang pengabdian.”
Partisipasi aktif Program Studi Psikologi dalam peringatan ini mempertegas bahwa ilmu pengetahuan dan nilai kebangsaan bukan dua hal yang terpisah. Di tengah dinamika persoalan psikososial yang semakin kompleks, Pancasila hadir sebagai peta moral dan fondasi etik dalam menjalankan misi tri dharma perguruan tinggi.
Dengan semangat kolektif yang terasa dalam setiap detik upacara, Universitas Jambi menegaskan diri sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya membentuk sarjana, tetapi juga membangun karakter.
Di sinilah kampus menjadi ruang hidup bagi Pancasila ideologi yang tidak diam dalam teks, tetapi bergerak dalam tindakan nyata menuju Indonesia Raya yang berkeadaban.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS