Lifestyle
Ghosting dan Breadcrumbing: Kenapa Gebetan Tiba-Tiba Lenyap atau Cuma Kasih Harapan Palsu?

Yoursay.id - “Match, chat, hilang!” Siapa yang belum pernah mengalami ini? Baru saja seru-serunya chat dengan match di aplikasi kencan, eh, tiba-tiba dia lenyap tanpa jejak. Atau, ada juga yang cuma ngasih perhatian seujung kuku, bikin kita bertanya-tanya, “Dia serius nggak, sih?”
Fenomena ini biasa dikenal dengan ghosting dan breadcrumbing. Dua istilah yang lahir dari budaya kencan digital ini ternyata bukan sekadar istilah gaul, tapi punya dampak nyata bagi kesehatan mental.
Menurut Forbes, kencan modern di aplikasi digital sering menjadi ladang munculnya perilaku toksik yang bisa merusak rasa percaya diri. Tapi, kenapa semakin banyak orang melakukannya, dan bagaimana efeknya bagi korban?
'Ghosting': Hilang Tanpa Jejak, Meninggalkan Luka
Ghosting adalah ketika seseorang memutus kontak secara tiba-tiba tanpa memberikan alasan apa pun. Hubungan yang awalnya terasa intens, dari chat pagi sampai malam, tiba-tiba berhenti total, meninggalkan banyak sekali tanda tanya.
Artikel Forbes menyebut bahwa hampir dua pertiga pengguna aplikasi kencan pernah melakukan ghosting, dan biasanya ini terjadi pada orang yang hanya mereka kenal secara online.
Bagi yang menjadi korban, ghosting terasa seperti penolakan yang paling menyakitkan. Tanpa adanya penjelasan, mereka akhirnya terjebak dalam kebingungan, terus-menerus bertanya, “Apa salahku?” atau “Kenapa dia pergi begitu saja?” Rasa tidak dihargai inilah yang bisa mengikis kepercayaan diri dan menimbulkan kecemasan.
'Breadcrumbing': Dilempar Harapan Palsu, Dibiarkan Menggantung
Jika ghosting berarti putus mendadak, breadcrumbing justru lebih licik. Istilah ini mengacu pada tindakan memberi “remahan” (breadcrumbs) perhatian kecil hanya untuk membuat seseorang tetap menunggu, meskipun tidak pernah ada niat untuk menjalin hubungan yang serius.
Contohnya? Balas chat-mu cuma dengan emoji manis, sesekali bilang, “Kapan-kapan kita ketemu, ya,” tapi janji itu tidak pernah ditepati. Menurut Alexandra Cobzeanu dan Cornelia Mirean yang dikutip Forbes, ada tiga alasan utama orang melakukan breadcrumbing:
- Takut komitmen: Mereka hanya memberi sedikit perhatian tanpa mau melangkah lebih jauh.
- Mencari validasi: Agar tetap merasa diinginkan tanpa harus terikat.
- Menghindari konflik: Memilih untuk menggantung orang lain daripada harus berkata jujur bahwa mereka tidak tertarik.
Yang bikin parah, korban sering terjebak dalam lingkaran harapan palsu, terus-menerus menunggu sesuatu yang tidak akan pernah datang.
Luka Psikologis dari Dunia 'Swipe'
Kedua perilaku ini menunjukkan sisi rapuh dari kencan modern. Aplikasi kencan memang memudahkan kita untuk bertemu orang baru, tapi di sisi lain, juga membuat hubungan terasa lebih instan dan "sekali pakai" (disposable).
Forbes juga menekankan bahwa menjadi korban ghosting dan breadcrumbing bisa meningkatkan stres, memperburuk rasa kesepian, dan menurunkan kepercayaan diri.
Lebih dari Sekadar 'Match' di Layar
Ghosting dan breadcrumbing bukan sekadar istilah gaul. Keduanya adalah tanda bahwa dunia kencan digital butuh lebih banyak empati. Swipe mungkin bisa jadi awal, tapi hubungan yang sehat hanya bisa bertahan dengan komunikasi, kejujuran, dan rasa hormat.
Jadi, kalau memang kamu tidak tertarik, jangan jadi "hantu" atau "tukang umpan". Katakan saja dengan jujur. Karena pada akhirnya, kesehatan mental, baik dirimu maupun orang lain, jauh lebih penting daripada sekadar menambah koleksi match di layar ponselmu.
Penulis: Flovian Aiko