Kolom
Maudy Ayunda dan Filosofi Teras: Rahasia Tenang di Tengah Masalah Hidup

Namanya juga hidup, pasti ada saja masalahnya. Namun, bagaimana caranya agar masalah dalam hidup ini tidak membuat kita cepat stres, baper, atau mudah marah?
Melalui unggahan video di kanal YouTube Maudy Ayunda pada Kamis (19/6/2025), Maudy membahas buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Filosofi Teras atau Filosofi Stoa merupakan filsafat klasik dari Yunani kuno yang ternyata masih sangat relevan untuk kehidupan kita sekarang.
Buku ini dapat menjadi pedoman untuk membangun mental yang tangguh dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Dalam pembahasannya, Maudy menyoroti salah satu poin penting yaitu tentang tidak memusingkan hal-hal di luar kendali kita.
Maudy menjelaskan bahwa terdapat prinsip utama dalam ajaran Stoa yang disebut dikotomi kendali. Prinsip ini menegaskan bahwa ada hal-hal dalam hidup yang dapat kita kendalikan dan ada juga yang tidak dapat kita kendalikan.
Para filsuf Stoa sepakat bahwa kita sebaiknya hanya fokus pada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, yaitu hal-hal yang bersifat internal.
Jika kita terlalu memikirkan hal-hal yang sebenarnya berada di luar kendali, artinya kita sedang membuang waktu dan tenaga untuk hal yang sia-sia.
Namun, Maudy juga menambahkan bahwa dalam hidup pasti ada grey area, yaitu wilayah di mana sesuatu bisa dikendalikan sebagian, tapi tidak sepenuhnya. Kita tidak bisa sepenuhnya berada dalam salah satu kotak tersebut.
Oleh sebab itu, Maudy menjelaskan bahwa penulis buku Filosofi Teras juga memperkenalkan perkembangan konsep dari dikotomi menjadi trikotomi kendali.
Tiga Jenis Kendali dalam Hidup
1. Hal-hal yang bisa kita kendalikan sepenuhnya
Maudy menjelaskan bahwa hal-hal yang bisa kita kendalikan sepenuhnya mencakup opini dan pertimbangan pribadi, keinginan, serta tujuan internal. Semua hal ini berpusat pada diri kita sendiri.
2. Hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan sama sekali
Menurut Maudy, hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan sama sekali antara lain opini orang lain, cuaca, bencana alam, kondisi saat kita lahir, dan sebagainya.
3. Hal-hal yang bisa kita kendalikan sebagian
Maudy menjelaskan bahwa hal-hal yang bisa kita kendalikan sebagian seperti hasil ujian di sekolah, karier, hubungan, dan lain sebagainya.
Maudy memberikan contoh saat seseorang akan melaksanakan sidang skripsi. Biasanya muncul rasa cemas dan gugup.
“Aduh, nanti lulus nggak ya?” ujar Maudy.
“Gimana kalau dosennya killer nih?” tambahnya.
Maudy membagikan tips agar kita bisa lebih tenang dan mampu menelaah terlebih dahulu situasi yang sedang dihadapi. Kita perlu memisahkan mana hal-hal yang perlu dikhawatirkan dan mana yang tidak.
Misalnya, siapa dosen pengujinya, bagaimana mood mereka, atau apakah laptop kita nanti akan hang, semua itu termasuk hal di luar kendali kita.
Jadi, untuk apa kita terlalu memikirkannya? Bagaimanapun, hal-hal tersebut tidak bisa kita ubah.
Namun, bukan berarti kita harus pasrah begitu saja terhadap keadaan. Masih ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dan usahakan, seperti menyiapkan materi dengan baik, beristirahat cukup, serta memastikan laptop sudah di-charge sebelum presentasi.
Dengan begitu, hasil sidang tersebut merupakan perpaduan antara hal-hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak.
Maudy juga menekankan bahwa jika kita sudah memberikan usaha terbaik pada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, maka itu sudah cukup. Semakin besar usaha kita, semakin besar pula peluang untuk meraih hasil yang diinginkan.
Melalui prinsip ini, kita diajarkan bahwa kita memang tidak bisa selalu memilih setiap situasi yang hadir dalam hidup. Namun, kita bisa selalu berusaha memberikan yang terbaik dan menentukan sikap terhadap situasi tersebut.
Seperti yang dijelaskan Maudy Ayunda, kunci ketenangan bukan berarti hidup tanpa masalah, melainkan bagaimana kita mampu mengendalikan diri agar tidak dikuasai oleh hal-hal yang berada di luar kendali kita.





