Kolom
Good Intention, Bad Impact: Saat Kasih Sayang Orang Tua Justru Menyakitkan

Yoursay.id - Banyak orang tua yakin bahwa semua yang mereka lakukan berlandaskan kasih sayang. Mereka menasehati anak dengan nada keras agar disiplin, mengatur pilihan sekolah supaya masa depan terjamin, bahkan membatasi pergaulan dengan dalih melindungi. Semua tindakan itu diyakini lahir dari niat untuk melindungi, mendidik, dan mempersiapkan anak menghadapi kerasnya dunia. Namun, apa yang dimaksud sebagai cinta justru dirasakan berbeda oleh anak. Alih-alih merasa disayangi, anak justru merasa terkekang, tidak dipercaya, atau bahkan terluka oleh sikap yang dianggap terlalu mengontrol.
Fenomena ini sangat umum terjadi di banyak keluarga, terutama di budaya timur seperti Indonesia, di mana orang tua sering ditempatkan sebagai figur yang paling tahu. Kalimat seperti “Orang tua lebih berpengalaman, jadi nurut saja” kerap dilontarkan untuk menegaskan posisi mereka. Akibatnya, anak sering merasa tidak memiliki ruang untuk bersuara. Sementara itu, orang tua sendiri jarang menyadari bahwa cara mereka menunjukkan kasih sayang justru menciptakan jarak emosional. Apa yang dimaksudkan sebagai “cinta” sering kali berubah menjadi kewajiban yang membebani anak.
Hal ini menunjukkan bahwa niat baik saja tidak cukup. Kasih sayang memang penting, tetapi cara mengekspresikannya sangat menentukan bagaimana anak menerimanya. Rasa cinta yang dibungkus dengan larangan berlebihan, kata-kata kasar, atau pengendalian penuh bisa berubah menjadi beban psikologis. Bagi anak, kasih sayang tidak hanya diukur dari niat, melainkan dari pengalaman nyata.
Kasih Sayang yang Terlalu Protektif
Orang tua yang terlalu protektif sering berpikir mereka sedang menjaga anak dari bahaya. Segala aktivitas anak diawasi, keputusan hidup diarahkan, bahkan pertemanan pun dikontrol. Sekilas, ini terlihat sebagai wujud cinta. Namun, pada kenyataannya, proteksi berlebihan justru dapat menghambat kemandirian anak.
Anak yang tumbuh dalam lingkungan seperti ini bisa mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan sendiri. Mereka terbiasa diatur, sehingga ketika dihadapkan pada pilihan hidup, rasa percaya diri mereka rendah. Niat melindungi akhirnya berubah menjadi jerat yang membuat anak kesulitan berkembang sesuai potensi dirinya.
Nasehat yang Menyakitkan
Banyak orang tua terbiasa memberi nasehat dengan bahasa keras atau menyelipkan perbandingan. Contohnya, “Belajarlah rajin, lihat tuh sepupumu lebih pintar,” atau “Kalau gagal terus, nanti kamu jadi apa?” Maksud orang tua biasanya adalah memotivasi, tetapi dampaknya sering sebaliknya; anak merasa tidak cukup baik.
Kata-kata seperti ini dapat menimbulkan luka psikologis yang bertahan lama. Anak mungkin berprestasi, tetapi motivasinya lahir dari rasa takut, bukan dorongan sehat. Bahkan, sebagian anak justru kehilangan semangat karena selalu merasa tidak pernah bisa memenuhi standar orang tua. Niat memberi semangat akhirnya berubah menjadi sumber tekanan dan ketidakbahagiaan.
Mengatur Demi “Masa Depan Anak”
Seringkali orang tua mengambil alih keputusan besar dengan dalih demi kebaikan anak, misalnya menentukan jurusan kuliah, karier, bahkan pasangan hidup. Mereka percaya bahwa pengalaman hidup membuat mereka lebih tahu mana yang terbaik. Sayangnya, tidak semua jalan yang dipilih orang tua sesuai dengan minat dan kemampuan anak.
Akibatnya, anak tumbuh dengan kehidupan yang tidak autentik. Mereka mungkin mengikuti jalan yang ditentukan, tetapi merasa terjebak dan kehilangan arah diri. Dalam jangka panjang, ini bisa memicu penyesalan, rasa hampa, hingga konflik batin yang sulit diselesaikan. Kasih sayang yang diniatkan untuk menjamin masa depan justru bisa membuat anak kehilangan kendali atas kehidupannya sendiri.
Kasih sayang memang menjadi dasar hubungan orang tua dan anak, tetapi kasih sayang yang tidak diimbangi dengan refleksi dan komunikasi dapat berubah menjadi luka. Niat baik orang tua seharusnya tidak berhenti pada “ingin yang terbaik,” melainkan juga perlu memahami bagaimana perasaan anak dalam menerima perlakuan tersebut. Dengan berani mengevaluasi cara menunjukkan cinta, orang tua bisa benar-benar menghadirkan kasih sayang yang menumbuhkan, bukan melukai.