Entertainment
Resmi Rilis! Cerita di Balik Film Tumbal Darah, Ternyata Bukan Horor Biasa

Yoursay.id - Resmi tayang pada Kamis (23/10/2025), Tumbal Darah akhirnya tayang di bioskop seluruh Indonesia. Film horor ini bukan cuma menyajikan kisah penuh ketegangan, tapi juga menelusuri akar budaya Timur Indonesia dan kisah di balik layarnya yang penuh makna.
Melalui kanal YouTube MAGMA Entertainment yang diunggah pada Selasa (21/10/2025), sutradara sekaligus penulis Charles Gozali mengungkapkan bahwa Tumbal Darah merupakan hasil kolaborasi antara MAGMA Entertainment, Wahana Creator, dan Sinemaku Pictures.
Kolaborasi ini, menurutnya, lahir dari keinginan untuk menghadirkan sesuatu yang segar di tengah dominasi genre horor di Indonesia.
“Kami ingin memberikan sesuatu yang baru dalam genre film yang paling populer di Indonesia saat ini, yaitu horor yang sudah menjadi pop culture,” ujar Charles.
Ia menambahkan, Tumbal Darah tidak hanya menampilkan keseraman visual, tetapi juga memiliki kekuatan cerita yang berangkat dari kehidupan nyata.
Menurut Charles, ketakutan tidak selalu datang dari hal mistis semata, melainkan juga dari tekanan hidup yang sering kali terasa menakutkan bagi banyak orang.
“Itu hadir lewat premis cerita dan karakter yang diperankan oleh Marthino Lio dan Sallum Ratu Ke,” jelasnya.
Charles juga menuturkan bahwa tekanan hidup dan kegagalan dalam meraih cita-cita menjadi fondasi emosional dari Tumbal Darah.
“Itu kami ramu sedemikian rupa lewat tim penulisan dari Wahana Kreator Nusantara,” jelas Charles.
Charles berharap pendekatan tersebut bisa menghadirkan sesuatu yang berbeda dari film horor pada umumnya. Ia ingin Tumbal Darah punya daya tangkap emosional dan elemen cerita yang segar, tanpa kehilangan sisi hiburannya.
“Menghadirkan sebuah daya cekam dan elemen yang berbeda,” tegasnya. Harapannya, perpaduan itu justru menjadi daya tarik utama dari film ini sendiri.
Charles menuturkan bahwa Wahana Kreator Nusantara datang dengan konsep cerita yang menarik.
“Sebuah klinik aborsi ilegal dipaksa untuk kemudian menyelamatkan seorang wanita yang sudah hamil tua dan mau melahirkan, itu menjadi sebuah konsep yang sangat menarik,” bebernya.
Di sisi lain, Charles juga menuturkan bahwa ada konflik dan kontradiksi di dalam ceritanya. Film ini menyoroti sekelompok orang yang memaksa sebuah klinik aborsi ilegal untuk menolong seorang perempuan hamil tua.
“Orang-orang yang memaksa menyandera klinik itu justru adalah orang-orang yang termarginalkan, orang-orang yang sering didiskriminasi karena latar belakang,” jelasnya.
Ia menambahkan, penggambaran tersebut berangkat dari data sosial yang ditemukan tim Wahana Kreator Nusantara. Berdasarkan hasil riset mereka, banyak profesi penagih utang di Indonesia dijalankan oleh masyarakat dari kawasan Timur, seperti Ambon dan Kupang.
“Kalau melihat data, memang yang banyak berprofesi sebagai penagih utang itu saudara-saudara kita dari Indonesia Timur,” tambahnya.
Temuan inilah yang kemudian dijadikan dasar dalam membangun realitas karakter di Tumbal Darah. Sebuah upaya untuk menghadirkan horor yang tak hanya menyeramkan, tetapi juga berakar pada kondisi sosial yang nyata.
Lebih jauh lagi, yang membuat Tumbal Darah terasa begitu menarik bukan hanya alur horornya, tapi juga lapisan kemanusiaan yang kompleks di baliknya. Charles Gozali berusaha untuk menghadirkan paradoks yang jarang disentuh dalam genre serupa.
“Ini menjadi sangat menarik juga karena orang-orang yang biasanya justru hidup dengan kekerasan itu kemudian ada di dalam posisi tak berdaya dan harus meminta tolong dengan cara yang mereka ketahui,” ungkapnya.
Dari situ lahirlah situasi ekstrem yang menjadi inti cerita. Ketika sekelompok penagih utang menyandera klinik aborsi legal demi menyelamatkan nyawa seorang perempuan hamil dan bayinya.
Lapisan ini menegaskan bagaimana Tumbal Darah tak hanya berbicara tentang rasa takut, tapi juga tentang batas moral dan kemanusiaan ketika seseorang terjepit dalam situasi tanpa pilihan.
Temuan inilah yang kemudian dijadikan dasar dalam membangun realitas karakter di Tumbal Darah. Sebuah upaya untuk menghadirkan horor yang tak hanya menyeramkan, tetapi juga berakar pada kondisi sosial yang nyata.
Lewat Tumbal Darah, Charles Gozali mencoba membuktikan bahwa horor tak selalu soal hantu, tapi juga menampilkan sisi gelap kemanusiaan yang nyata.
Film ini juga menjadi upaya untuk memperluas makna “horor” dalam sinema Indonesia bahwa di balik kengerian, selalu ada sisi kemanusiaan yang layak dipahami.