Ulasan
Ulasan Buku Less is More, Sebuah Panduan Hidup Minimalis ala Jepang

Yoursay.id - Belakangan ini, hidup minimalis menjadi sebuah gaya hidup yang banyak digandrungi. Konsepnya sederhana, yakni singkirkan barang-barang yang tidak perlu, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
Tapi, apakah minimalisme hanya sebatas merapikan isi lemari? Buku "Less is More" karya Azizah hadir sebagai panduan yang lebih dari sekadar tips beres-beres. Dengan fokus pada minimalisme ala Jepang, buku ini mengajak kita merenung, bukan sekadar merombak isi rumah, tapi juga isi kepala.
Buku ini punya struktur yang sangat rapi dan logis. Dimulai dari pengenalan apa itu minimalisme, kemudian menggali filosofinya, hingga memberikan langkah-langkah praktis untuk memulainya. Topik ini membuat pembaca awam sekalipun tidak akan merasa bingung atau terlalu berat saat membacanya.
Buku ini diawali dengan pertanyaan mendasar apa itu minimalisme? Sang penulis tidak langsung memberikan definisi kaku, melainkan mengajak kita merenungi akar dari kebahagiaan.
Seringkali, kita mengejar kebahagiaan dari memiliki banyak barang. Namun, buku ini menantang pemikiran itu, melainkan mengajak kita menengok minimalisme sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati.
Bagian selanjutnya, buku ini membawa kita menyelami riwayat minimalisme ala Jepang. Bab ini sangat penting karena minimalisme Jepang punya akar yang dalam dan berbeda dari minimalisme Barat.
Penulis menjelaskan dari mana konsep ini berasal, area mana saja yang menerapkan minimalisme, serta bagaimana minimalisme ini berkembang hingga saat ini.
Bab ini sangat menarik, karena minimalisme di Jepang tidak hanya soal estetika, tapi juga soal cara pandang hidup yang sudah tertanam sejak lama.
Ada filosofi Zen, konsep Ma, dan Wabi-Sabi yang dibahas secara mendalam. Konsep-konsep ini yang membuat buku Less is More terasa kaya akan nilai budaya dan tidak hanya sekadar buku panduan hidup.
Bagian yang mungkin paling membuat penasaran adalah "kenapa harus minimalis?". Di sini, penulis memaparkan alasan-alasan kuat untuk mengadopsi gaya hidup minimalis.
Mulai dari hidup maksimalis yang justru membuat kita merasa lelah, hingga bagaimana minimalisme ala Jepang mengajarkan kita untuk lebih menghargai setiap barang dan momen.
Buku ini juga membahas hubungan minimalisme dengan filosofi zen. Ini adalah inti dari minimalisme ala Jepang, di mana kesederhanaan bukan berarti kekurangan, melainkan ketenangan batin dan fokus pada hal-hal yang esensial.
Penulis juga menyinggung tentang pengaruh minimalisme Jepang, yang membuat kita sadar bahwa gaya hidup ini telah menjadi inspirasi global.
Buku ini juga menyentuh aspek praktis yang sangat dekat dengan kita, yaitu pengaruh minimalisme Jepang dalam kehidupan sehari-hari, termasuk arsitektur minimalis, makan minimalis, dan bahkan globalisasi minimalisme Jepang. Di sini, buku ini menjadi sangat relevan, karena kita bisa melihat contoh nyata dari minimalisme dalam kehidupan sehari-hari.
Menariknya lagi, buku ini memberikan porsi khusus untuk metode Konmari dari Fumio Sasaki. Ini adalah bagian yang penting karena Fumio Sasaki adalah salah satu tokoh minimalis Jepang yang sangat populer.
Penulis tidak hanya menjelaskan metode-metodenya, tapi juga membandingkannya dengan metode Marie Kondo, yang mungkin lebih dikenal banyak orang. Dengan begitu, pembaca bisa membedakan kedua pendekatan tersebut dan memilih mana yang paling cocok untuknya.
Secara keseluruhan, "Less is More" adalah buku yang sangat direkomendasikan bagi siapa pun yang ingin memulai perjalanan minimalis, tapi dengan pemahaman yang lebih mendalam.
Buku ini tidak hanya memberikan step by step yang praktis, tapi juga memberikan fondasi filosofis yang kuat di baliknya. Bahasa yang digunakan pun mudah dimengerti, membuat konsep yang tadinya terasa berat menjadi ringan dan menyenangkan untuk dipahami.
Buku ini membuat kita sadar bahwa minimalisme bukan cuma soal tren, tapi juga soal menemukan arti kebahagiaan yang sejati dari hal-hal yang tidak kasat mata.