Ulasan
Ulasan Novel A Man: Mengungkap Identitas Kasus Kematian Palsu

Yoursay.id - Hidup bersama dengan orang yang kita cintai sangatlah indah. Membangun keluarga dan membesarkan anak bersama rasanya menjadi impian semua pasangan suami istri.
Namun, apa jadinya jika kamu menemukan ternyata suami yang kamu nikahi, ternyata punya identitas palsu?
Itulah konsep yang diangkat oleh novel Jepang berjudul A Man karya Keiichiro Hirano.
Cerita dimulai saat Rie, seorang perempuan yang sudah bercerai, menikah lagi dengan Daisuke Taniguchi, seorang pria pendiam dan penyayang yang tinggal di kota kecil. Mereka hidup bahagia bersama dengan seorang anak.
Tapi setelah Daisuke meninggal karena kecelakaan, satu demi satu kejanggalan muncul.
Ketika keluarganya datang untuk mengurus jenazah, barulah terungkap bahwa pria tersebut bukanlah Daisuke yang asli. Identitasnya palsu.
Terkejut dan bingung, Rie meminta bantuan mantan pengacaranya, Akira Kido, untuk menyelidiki siapa sebenarnya pria yang selama ini menjadi suaminya. Dari sinilah cerita bergulir menjadi semacam thriller psikologis, tapi dengan nuansa tenang dan penuh filosofi ala sastra Jepang.
Yang membuat novel A Man semakin menarik adalah tidak hanya misteri tentang identitas saja, tapi banyak pertanyaan yang muncul dibalik itu semua.
Apakah seseorang tetap menjadi dirinya sendiri tanpa nama yang melekat padanya? Apakah masa lalu seseorang menentukan siapa dia sekarang? Dan apakah kita benar-benar bisa mengenal orang lain, atau bahkan diri kita sendiri?
Namun, pencarian Kido tidak hanya membongkar masa lalu si pria misterius. Ia juga mengguncang fondasi kehidupan pribadi Kido sendiri.
Sebagai seorang Zainichi (keturunan Korea yang tinggal di Jepang), Kido membawa luka tersendiri dalam hal identitas dan diskriminasi.
Novel ini pun meluas menjadi refleksi yang tajam tentang ras, kebangsaan, dan stigma sosial yang sering disapu di bawah permukaan kehidupan modern Jepang.
Hirano tidak hanya membahas identitas dalam konteks nama atau asal-usul semata, tapi juga mengangkat bagaimana pengalaman hidup, trauma pribadi, dan cara seseorang dipandang oleh lingkungan sekitar bisa membentuk siapa dirinya.
Salah satu kekuatan utama A Man adalah kemampuannya menggabungkan elemen psikologi, noir, dan drama hukum ke dalam cerita yang tenang namun menghantui. Tokoh Akira Kido, sang pengacara, tak hanya menjalankan perannya sebagai penyelidik kasus identitas, tetapi juga sedang berada dalam konflik batin yang rumit.
Dengan pendekatan yang reflektif dan narasi yang mengalir perlahan, Hirano mengajak pembaca merenung: bahwa identitas bukanlah sesuatu yang hitam putih. Ia bisa retak, berubah, dan kadang bahkan tidak pernah benar-benar utuh, namun tetap menjadi bagian penting dari bagaimana kita memahami diri dan dunia di sekitar kita.
Akiro Kido disini juga menjadi tokoh pengacara yang menarik. Penyelidikannya cukup menarik untuk membongkar wajah dan kebohongan yang sebenarnya.
Semua ini menjadikan A Man bukan hanya kisah personal, tapi juga karya yang sarat dengan muatan sosial dan politik.
Keiichiro Hirano menyajikan cerita ini dengan gaya yang tenang tapi menghantui. Tidak ada kejar-kejaran atau ledakan emosi, tapi justru karena itu, tensi psikologisnya terasa lebih kuat.
Melalui gaya yang reflektif dan atmosfer yang tenang tapi menekan, Hirano menyampaikan bahwa identitas bukanlah sesuatu yang statis.
Identitas mungkin bisa saja berubah atau kita tolak, tapi tetap saja itu menjadi bagian dari diri kita yang sebenarnya yang harus kita terima dan akui.
Novel A Man bukan hanya soal siapa pria itu, tapi juga tentang bagaimana masyarakat membentuk dan mematahkan siapa kita seharusnya menjadi.