ulasan

Review Film Dangerous Animals: Saat Lautan dan Hiu Jadi Satu Medan Sang Psikopat

Review Film Dangerous Animals: Saat Lautan dan Hiu Jadi Satu Medan Sang Psikopat
Poster Film Dangerous Animal (KlikFilm)

Yoursay.id - Inilah perpaduan ‘Jaws’ dan ‘The Silence of the Lambs’, lalu dibubuhi bumbu psikopat, laut, hiu sebagai senjata pembunuhan, dan suasana sunyi pantai Australia yang mematikan. Itulah kira-kira gambaran dari Dangerous Animals, film terbaru garapan Sean Byrne yang akhirnya kembali lagi setelah vakum terlalu lama dari jagat sinema horor.

Dirilis perdana pada Mei 2025, di ajang Festival Film Cannes, ‘Dangerous Animals’ membuktikan bahwa B-movie pun bisa naik kelas, asal dibuat sama orang yang tahu betul cara menebar teror.

Film yang sudah tayang di bioskop Indonesia sejak 25 Juni 2025 ini, terbilang nggak main-main lho. Langsung menggigit di menit-menit awal. Seolah-olah nggak ingin buang waktu. 

Karakter Tucker (Jai Courtney dalam performa terbaiknya lho). Di permukaan, Tucker tampak seperti pria petualang yang doyan laut dan punya pesona kasar. Eh, di balik senyuman miringnya, tersembunyi sisi gelap yang benar-benar mengerikan. Dia pembunuh berantai yang memanfaatkan hiu sebagai algojonya.

Buatnya, hiu (mungkin) bukan sebatas predator, tapi entitas suci yang menuntut korban. Sedangkan Tucker sendiri, (mungkin) menganggap dirinya sendiri semacam imam yang menyelenggarakan ritual berdarah itu.

Dan hal terbaiknya? Film ini nggak repot-repot menjelaskan semuanya secara berlebihan. Nggak ada adegan si pembunuh bermonolog panjang soal masa lalu atau trauma masa kecilnya. Karakter Tucker tetap misterius dan mengintimidasi. 

Setelah pembukaan yang brutal, film berubah arah dan mengenalkan karakter utama kita: Zephyr (Hassie Harrison), peselancar nomaden yang hidup bebas di dalam van. 

Zephyr tuh perempuan yang mandiri, tenang, dan nggak gampang percaya orang lain. Sampai kemudian dia bertemu Moses (Josh Heuston), pria muda yang meminta bantuan jumper aki mobil. Meskipun interaksi mereka awalnya terasa sepele, tapi pertemuan itu jadi titik penting yang membawa Zephyr ke dalam medan pertarungan hidup dan mati melawan Tucker.

Apa yang terjadi selanjutnya adalah duel satu lawan satu di tengah laut. Ya, Tucker si pembunuh lautan melawan Zephyr si peselancar pemberani. Dan tentu saja, hiu-hiu raksasa yang mengintai di bawah air menambah ketegangan. Pertarungan mereka nggak cuma soal fisik, tapi juga soal siapa yang lebih kuat secara mental dalam kondisi ekstrem.

Asli, mantap banget!

Impresi Selepas Nonton Dangerous Animal 

‘Dangerous Animals’ beda dari kebanyakan film survival-horror, lho. Di sini, Sean Byrne menangani aksinya tanpa harus terburu-buru atau menyelipkan jumpscare murahan. 

Aksi antara Tucker dan Zephyr diblok dengan presisi. Setiap hantaman terasa nyata, dan tiap luka diperlihatkan dengan detail efek make-up yang bikin ngilu. Belum lagi musik latar gubahan Michael Yezerski yang membangun atmosfer tegangnya, bikin diriku kayak lagi nonton duel besar di atas lautan. 

Memang, ada beberapa kelemahan kecil. Bagian pembukaan terasa agak lama untuk ukuran film berdurasi ±98 menit, dan ending-nya punya terlalu banyak fakeout, adegan yang bikin diriku ngira ‘ini sudah tamat’, eh padahal belum. 

Biarpun gitu, secara keseluruhan, film ini solid. Bukan hanya sebagai hiburan penuh darah dan adrenalin, tapi juga sebagai bukti kalau Sutradara Sean Bayern masih tajam bikin film

Buat Sobat Yoursay yang berani atau merasa perlu menantang diri dengan nonton film-film penuh kekerasan, darah, dan aksi, Film Dangerous Animal jelas pilihan paling tepat saat ini. Namun, bila ada yang nggak kuat dengan adegan berdarah-darah, banyak adegan brutal,  sayang sekali, tampaknya film ini sangat nggak cocok masuk list tontonmu. Selamat nonton ya. 

Athar Farha

Athar Farha

Nonton Film dan Mengulasnya.

Total Artikel 1222

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda