ulasan
Memaknai Kesederhanaan Hidup Lewat Drama When Life Gives You Tangerines

Di tengah banyaknya drama Korea yang mengusung tema fantasi, kriminal, dan romansa, “When Life Gives You Tangerines” tampil berbeda.
Yoursay.id - Drama yang rilis tahun 2025 dan berjumlah 16 episode ini justru menyuguhkan kisah kehidupan yang sederhana namun sarat makna, dan berlatar di pulau Jeju yang penuh pesona.
Drama Korea ini berpusat pada kehidupan Oh Ae-sun (IU) seorang perempuan yang tumbuh sebagai anak dari haenyeo (penyelam wanita khas Jeju) mulai dari awal tahun 1950-an hingga masa kini.
Kisahnya dibagi menjadi empat bagian, menampilkan tentang alur kehidupannya, yakni masa kecil yang penuh tantangan, masa dewasa saat menikah, masa tua, hingga akhirnya cerita beralih pada kehidupan kedua anaknya, Yang Geum-young dan Yang Eun-myoung.
Review Drama Korea When Life Gives You Tangerine
Salah satu kelebihan dari drama ini adalah keseriusan dan ketelitian dalam mengemas setiap elemennya. Judul versi Korea, “Pokssak Sogatsuda”, merupakan ungkapan dalam dialek Jeju yang berarti “Kamu sudah bekerja keras.” Sementara itu, versi Inggrisnya, “When Life Gives You Tangerines,” adalah plesetan dari ungkapan populer “when life gives you lemons.”
Penggunaan kata “tangerines” sebagai simbol lokal menunjukkan kepedulian yang dalam terhadap latar budaya tempat cerita ini berlangsung, sebuah sentuhan epik yang memberikan identitas kuat pada drama ini.
Naskah ditulis oleh Im Sang-choon, yang dikenal memiliki gaya penulisan yang kuat dan peka terhadap detail emosi. Ia mampu mengangkat kisah sehari-hari penduduk desa menjadi sesuatu yang istimewa dan menyentuh.
Konflik personal para karakter disajikan berdampingan dengan latar peristiwa besar dalam sejarah Korea, seperti Perang Korea hingga krisis moneter IMF, tanpa terasa dipaksakan. Meski tidak semua penonton internasional memahami latar historis ini, emosi yang dihadirkan terasa universal dan mudah diterima.
Sutradara Kim Won-seok menambahkan sentuhan puitis yang memperkaya suasana cerita. Puisi digunakan tidak hanya sebagai bagian dari narasi, tetapi juga sebagai elemen visual dan emosional.
Sinematografi yang digarap oleh Choi Yoon-man dan Kim Dong-su menampilkan keindahan pulau Jeju seperti lukisan yang bergerak. Setiap adegan terasa damai, membiarkan penonton menikmati perkembangan cerita dan emosi tanpa tergesa-gesa.
Narasi dari Geum-young, putri Ae-sun, juga menjadi salah satu elemen penting. Melalui suara hatinya, penonton diajak memahami perasaan dan dinamika hubungan antar generasi dalam keluarga. Meski gaya penceritaan ini terkesan lambat, pendekatan ini selaras dengan keseluruhan suasana drama yang mengutamakan kontemplasi dan kedalaman emosi.
Netflix Korea menerapkan strategi tayang empat episode per minggu, memungkinkan penonton menyerap kisahnya secara perlahan. Untuk sebagian penonton yang terbiasa dengan drama penuh ketegangan dan alur cepat, ritme cerita ini mungkin terasa lambat. Namun, kesabaran dalam mengikuti alur akan terbayar dengan pengalaman emosional yang mendalam.
Dari sisi akting, para pemain tampil mengesankan. IU memerankan dua tokoh sekaligus, yaitu Oh Ae-sun muda dan putrinya, Geum-young. Ia berhasil membedakan keduanya dengan halus, baik dari ekspresi, bahasa tubuh, maupun intonasi suara.
Perbedaan karakter ini juga diperkuat oleh pilihan kostum Ae-sun yang tampil dengan warna-warna cerah, merepresentasikan semangat muda, sedangkan Geum-young menggunakan warna yang lebih tenang dan gelap.
Aktris Moon So-ri dan aktor Park Hae-joon, yang memerankan versi dewasa Ae-sun dan Gwan-sik, juga tak kalah mencuri perhatian. Moon So-ri berhasil meneruskan karakter Ae-sun versi IU dengan gestur dan ekspresi yang konsisten.
Sedangkan Park Hae-joon menghadirkan sisi Gwan-sik yang lebih tua dan matang, dan tidak terkesan meniru versi mudanya yang diperankan oleh Park Bo-gum, tetapi dengan pendekatan emosional yang berbeda namun tetap menyatu.
"When Life Gives You Tangerines” adalah drama yang menyajikan keindahan dalam kesederhanaan. Bukan tentang kejadian besar atau konflik dramatis, melainkan tentang kehidupan itu sendiri dengan segala suka dukanya.
Para karakter, khususnya Ae-sun, menghadapi berbagai kesulitan hidup, mulai dari kemiskinan, tragedi sejarah, hingga cobaan dalam hidunya. Namun, mereka menerima kenyataan ini dengan ketabahan, mencari kebahagiaan dari apa yang mereka miliki, bukan apa yang tidak mereka punya. Dan ini adalah inti dari kesederhanaan, yakni menerima dan memaksimalkan apa yang ada.
Drama ini juga menunjukkan bahwa di tengah kesederhanaan hidup, hubungan keluarga dan lingkungan sekitar menjadi pondasi yang kokoh. Kasih sayang antar saudara, dukungan tetangga, dan ikatan kekeluargaan digambarkan sebagai sumber kekuatan yang tak ternilai, jauh lebih berharga dari harta benda.
Drama ini cocok untuk kamu yang menyukai kisah tentang arti kehidupan yang penuh makna, serta ingin merasakan kehangatan dari cerita yang dekat dengan realita kehidupan.
Jika kamu sedang mencari tontonan yang menenangkan, menyentuh, dan memberi ruang untuk merenung, maka “When Life Gives You Tangerines” sangat layak masuk daftar tontonan kamu.