ulasan
Review Film The Phoenician Scheme: Komedi, Drama, dan Gaya Wes Anderson

Yoursay.id - Kalau kamu penggemar Wes Anderson, pasti sudah nggak asing sama dunia penuh warna, simetri visual yang ciamik, dan cerita yang seolah-olah sederhana tapi penuh lapisan.
The Phoenician Scheme (2025) adalah karya terbaru sang maestro yang kembali membawa kita ke petualangan absurd, kali ini dengan bumbu komedi gelap, intrik bisnis, dan drama keluarga.
Film ini premier di Festival Film Cannes 2025, dapat standing ovation selama 6,5 menit, dan mulai tayang di Indonesia pada 6 Juni 2025. Apa sih yang bikin film ini spesial? Yuk, simak ulasan berikut!
Cerita The Phoenician Scheme berpusat pada Zsa-zsa Korda (Benicio Del Toro), seorang pengusaha kaya raya di Eropa tahun 1950-an yang punya sifat nyentrik sekaligus kejam. Dia adalah sosok yang nggak ragu main kotor demi bisnis, mulai dari manipulasi pasar sampai bikin kompetitornya “hilang”.
Hidupnya penuh drama—bayangin, dia selamat dari enam kecelakaan pesawat yang ternyata adalah upaya pembunuhan! Di tengah kekacauan ini, Zsa-zsa tiba-tiba memutuskan menunjuk putri satu-satunya, Liesl (Mia Threapleton), seorang biarawati, sebagai pewaris tunggal kekayaannya. Keputusan ini memicu petualangan seru sekaligus kacau yang melibatkan taipan licik, teroris, dan pembunuh bayaran.
Dari segi cerita, film ini punya premis sederhana: hubungan ayah-anak yang renggang dan perjalanan mereka untuk saling memahami. Tapi, khas Wes Anderson, ceritanya nggak sesimpel itu.
Aku diajak masuk ke dunia bisnis yang rumit, penuh intrik, dan absurditas yang bikin geleng-geleng kepala. Zsa-zsa, Liesl, dan asisten mereka, Bjorn Lund (Michael Cera), keliling dunia untuk urusan bisnis yang dinamakan Phoenician Scheme, sebuah proyek ambisius di wilayah fiktif Greater Independent Phoenicia.
Di sepanjang perjalanan, kita disuguhi dialog cepat, komedi deadpan, dan momen slapstick yang bikin ngakak tapi juga kadang bikin cringe.
Review Film The Phoenician Scheme

Visual The Phoenician Scheme adalah eye candy sejati. Wes Anderson, seperti biasa, bermain dengan simetri, warna-warna cerah, dan set yang detail banget. Setiap frame terasa seperti lukisan, dari kantor mewah Zsa-zsa sampai pemandangan eksotis di Phoenicia.
Pencahayaan dramatis dan sudut kamera yang unik bikin film ini nggak cuma enak ditonton, tapi juga “Instagramable”. Bahkan adegan yang seharusnya serius, seperti percobaan pembunuhan, disajikan dengan cara yang kocak dan estetik. Tapi, ada momen-momen gore dadakan yang bikin kaget—mungkin ini cara Anderson biar aku nggak bosan sebagai penonton.
Soal akting, The Phoenician Scheme punya deretan bintang yang bikin takjub. Benicio Del Toro sebagai Zsa-zsa Korda adalah kombinasi sempurna antara karismatik dan menyebalkan. Dia bikin kita benci tapi juga penasaran sama karakternya.
Mia Threapleton sebagai Liesl berhasil menonjol, membawa nuansa emosional sebagai anak yang berusaha memahami ayahnya yang penuh kontradiksi.
Tapi, yang benar-benar mencuri perhatian adalah Michael Cera sebagai Bjorn. Cera seperti lahir untuk dunia Wes Anderson—aksennya yang aneh, gestur canggung, dan timing komedinya bikin dia jadi MVP di film ini.
Belum lagi cameo dari aktor-aktor top seperti Scarlett Johansson, Tom Hanks, Benedict Cumberbatch, dan Bill Murray, yang meski cuma sebentar, tetap bikin kesan yang kuat.
Tapi, film ini nggak luput dari kritik. Kurasa ceritanya agak berantakan, terutama di bagian tengah. Plot bisnisnya kadang terasa terlalu rumit dan dialognya yang super cepat bikin aku susah nangkap apa yang dimaksud dan film ini kurang “jiwa” dibanding karya Anderson sebelumnya seperti The Grand Budapest Hotel.
Tema keluarga dan penebusan dosa memang kuat, tapi kadang terasa tenggelam di balik kekacauan narasi dan humor yang kelewat absurd. Buat yang bukan penggemar Anderson, film ini mungkin terasa melelahkan karena pacing-nya yang cepat dan gaya yang sangat khas.
Meski begitu, The Phoenician Scheme tetap punya daya tarik. Film ini berani menyentuh tema berat seperti korupsi, kekuasaan, dan moralitas, tapi dibungkus dengan komedi yang bikin kita nggak merasa digurui.
Adegan-adegan di “surga”, tempat Zsa-zsa menghadapi pengadilan ilahi setiap kali nyaris mati, adalah sentuhan jenius yang bikin kita mikir soal konsekuensi hidup. Anderson juga berhasil menyisipkan kritik sosial tentang para “raja bisnis” yang nggak punya hati, tapi tetap bikin aku ketawa dengan karakternya yang nyentrik.
Secara keseluruhan, The Phoenician Scheme adalah film yang nggak bakal cocok buat semua orang. Kalau kamu suka film yang ringan dan lurus, mungkin ini bukan pilihan tepat. Tapi kalau kamu penggemar Wes Anderson atau suka film dengan visual memukau dan cerita yang bikin otak muter, film ini wajib masuk watchlist.
Nilai plusnya ada di akting, visual, dan humor khas Anderson, meski kadang ceritanya terasa agak kebanyakan ide. Buat yang penasaran, siap-siap nikmati petualangan absurd Zsa-zsa dan Liesl di bioskop mulai 6 Juni 2025. Jangan lupa, tonton di platform resmi biar nggak rugi!
Rating: 8.5/10. Karena film ini mirip rollercoaster: seru, penuh warna, tapi kadang bikin pusing. Tapi, itulah pesona Wes Anderson—nggak pernah biasa, selalu bikin penasaran!