ulasan
Review Film Ernest & Celestine: Dongeng Hangat tentang Persahabatan

Yoursay.id - Ada lho film animasi yang sibuk memanjakan mata dengan efek bombastis dan humor khas orang dewasa, tapi berbeda dengan Film Ernest & Celestine (2012). Film yang tayang di KlikFilm ini ibarat secangkir cokelat panas di sore hujan. Ya, film ini sederhana, hangat, dan (mungkin) bisa mengobati lelahmu.
Disutradarai Stéphane Aubier, Vincent Patar, dan Benjamin Renner, rupanya film ini diadaptasi dari buku anak-anak karya Gabrielle Vincent. Produksi film ini dikerjakan Les Armateurs, Studio Canal, dan Maybe Movies lho.
Dalam versi bahasa Prancis, ‘Ernest & Celestine’ menghadirkan Lambert Wilson (pengisi suara karakter Ernest) dan Pauline Brunner (pengisi suara karakter Celestine.
Sementara itu, versi bahasa Inggrisnya nggak kalah menarik, karena menggaet Forest Whitaker sebagai Ernest, Mackenzie Foy sebagai Celestine, serta pengisi suara ternama lainnya: Lauren Bacall, Paul Giamatti, dan Megan Mullally.
Berkisah tentang apa sih? Sini kepoin!
Kisahnya berawal dari dunia bawah tanah yang dihuni para tikus. Di sana, anak-anak tikus diajarkan bahwa beruang adalah musuh alami yang menakutkan. Celestine, si tikus muda dan kreatif yang sedang belajar menjadi dokter gigi (ya, profesi ini sangat penting di kalangan tikus), nggak sepenuhnya percaya akan dongeng menyeramkan tentang beruang.
Satu malam, karena suatu insiden saat berburu gigi, Celestine terdampar di dunia atas dan nyaris dimakan sama Ernest, seekor beruang pengamen yang lapar dan kesepian.
Namun, alih-alih berakhir jadi santapan, Celestine justru berhasil membujuk Ernest untuk bekerja sama, yakni mencuri permen dari toko manisan agar si beruang nggak lagi kelaparan.
Dari sanalah petualangan mereka dimulai, dan juga ikatan persahabatan perlahan tumbuh, meski ditentang keras sama ras masing-masing.
Menarik ya. Asli!
Impresi Selepas Nonton Film Ernest & Celestine
Jujur saja aku suka sama gaya visual film ini. Animasi dalam ‘Ernest & Celestine’ terasa seperti lukisan buku cerita yang hidup. Goresannya sederhana, nggak terlalu detail, tapi warna-warnanya lembut, seperti sapuan cat air. Nggak ada efek visual bombastis atau animasi 3D yang ciamik, tapi film ini berhasil membuktikan keindahan bisa hadir lewat kesederhanaan.
Aku juga menyukai bagaimana film ini nggak sibuk mencoba ‘jadi lucu’ untuk orang dewasa. Nggak ada referensi budaya pop, sindiran sarkastik, atau dialog bercabang dua makna. Sebaliknya, ‘Ernest & Celestine’ fokus pada cerita inti: Bagaimana dua makhluk berbeda bisa menjalin hubungan yang tulus, melawan prasangka, dan saling menyembuhkan luka satu sama lain.
Meski tampil tenang, film ini nggak kekurangan dinamika. Adegan-adegan kejar-kejaran dan pelarian dari pihak berwajib ditampilkan dengan ritme yang pas dan animasi yang mengalir. Bahkan saat tokoh Ernest sedang menunjukkan sisi pemarah atau malasnya, atmosfer hangat dan penuh kasih tetap menyelimuti tiap adegannya.
Bagiku, film ini nggak hanya seputar karakter lucu yang mudah disukai, tapi mereka juga gambaran dari pertemanan sejati yang melampaui stereotip dan norma yang kaku. Dan meskipun ‘pesan dan maknanya’ disampaikan lewat kisah anak-anak, tapi sampai sekarang pun masih relevan dan menyentuh siapa saja.
Singkatnya, ‘Ernest & Celestine’ berbicara melalui kelembutannya, menyentuh lewat ketulusan, dan membekas melalui pesan yang menghangatkan hati.
Apakah Sobat Yoursay tertarik menontonnya? Jangan ragu-ragu ya. Film Ernest & Celestine bisa jadi pilihan yang menarik bila kamu nggak muluk-muluk berekspektasi. Pada akhirnya penilaian akhir merupakan hasil dari pengalaman nonton sebatas penikmat film. Jika kamu berbeda pendapat, itu sah-sah saja.
Skor: 4/5