Rona
Studi: Permukaan Laut Samudra Hindia Naik Lebih Awal dari Perkiraaan

Yoursay.id - Sebuah studi internasional yang dipimpin oleh ilmuwan kelautan di Singapura telah menemukan bukti bahwa permukaan laut di Samudra Hindia mulai naik secara signifikan sejak 1959, jauh lebih awal dari yang tercatat sebelumnya oleh alat ukur modern.
Penelitian ini menggunakan karang purba dari Maladewa sebagai "arsip alami" untuk merekonstruksi perubahan permukaan laut selama satu abad terakhir dengan presisi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Temuan ini memperpanjang catatan historis kenaikan permukaan laut di kawasan tersebut hingga 60 tahun ke belakang, memberikan perspektif baru yang krusial tentang kecepatan respons lautan terhadap perubahan iklim.
'Jejak Jelas Ulah Manusia'
![Petugas melakukan pengecekan terumbu karang di perairan Bangsring, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (21/9/2020). [ANTARA FOTO/Budi Candra Setya]](https://media.suara.com/pictures/original/2020/09/22/19384-terumbu-karang.jpg)
Studi ini menghasilkan dua temuan utama yang menyoroti dampak aktivitas manusia terhadap lautan.
Pertama, kenaikan signifikan permukaan laut di Samudra Hindia terdeteksi sejak tahun 1959. Momen ini terjadi jauh sebelum pengamatan satelit dan sebagian besar data alat ukur pasang surut pantai mulai mencatat tren serupa secara konsisten.
Para ilmuwan menyebut fenomena ini sejalan dengan meningkatnya suhu global dan percepatan pencairan gletser, yang menandakan bahwa Samudra Hindia telah merespons perubahan iklim akibat ulah manusia selama lebih dari 60 tahun.
Profesor Kench, salah satu ilmuwan yang terlibat, menegaskan pentingnya temuan ini.
"Apa yang kita saksikan adalah jejak yang jelas dari perubahan iklim akibat ulah manusia. Akselerasi awal kenaikan permukaan laut merupakan peringatan bahwa lautan telah merespons pemanasan global jauh lebih awal dari yang kita duga," ujarnya.
Temuan kedua adalah skala kenaikan tersebut. Permukaan laut di Samudra Hindia—yang mencakup sekitar 30% lautan dunia dan menjadi penopang hidup bagi 30% populasi global—telah naik secara total sebesar 30 cm sejak pertengahan abad ke-20.
Ancaman bagi Jutaan Orang di Pesisir
Kenaikan permukaan laut ini bukan sekadar angka statistik. Ini adalah ancaman nyata bagi jutaan orang yang tinggal di wilayah pesisir di sekitar Samudra Hindia dan sekitarnya.
Risiko yang dihadapi termasuk meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir, erosi pantai, intrusi air asin ke sumber air tawar, serta kerusakan ekosistem vital seperti hutan bakau (mangrove) dan terumbu karang.
Dampaknya diperkirakan akan meluas hingga ke luar Asia, menuntut kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan global seperti kesiapsiagaan bencana dan krisis air bersih.
Bagi negara-negara seperti Singapura dan di Asia Tenggara, pemahaman yang lebih baik tentang pola jangka panjang ini dapat membantu menyempurnakan model iklim dan memperkuat strategi adaptasi terhadap risiko di masa depan.
Bagaimana Karang Merekam Sejarah Lautan
Studi ini menetapkan standar baru tentang bagaimana karang dapat digunakan untuk "melihat kembali masa lalu" lautan.
Saat karang tumbuh, kerangkanya terbentuk lapis demi lapis, mirip dengan lingkaran pertumbuhan pada batang pohon. Setiap lapisan ini menangkap detail kondisi lingkungan laut pada masanya, termasuk suhu, kadar garam, dan yang terpenting, ketinggian permukaan air.
Dengan menganalisis lapisan-lapisan ini, para ilmuwan dapat merekonstruksi sejarah lautan dengan akurat.
Penelitian ini tidak hanya memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana lautan bereaksi terhadap perubahan iklim, tetapi juga membuktikan betapa berharganya arsip alam dalam memetakan masa lalu untuk mempersiapkan masa depan yang lebih tangguh.
Penulis: Muhammad Ryan Sabiti