rona

Akar Lokal untuk Krisis Global: Bisa Apa Desa terhadap Perubahan Iklim?

Akar Lokal untuk Krisis Global: Bisa Apa Desa terhadap Perubahan Iklim?
Ilustrasi komunitas lokal menjaga lingkungan (freepik.com)

Yoursay.id - Di tengah pusaran jargon “carbon trading”, “net zero 2060”, dan investasi miliaran dolar untuk teknologi penyerap emisi, ada satu hal yang sering kita lupakan.

Bumi juga dijaga oleh tangan-tangan yang tak pernah ikut konferensi iklim di Dubai atau Davos. Tangan para petani di desa, para tetua adat yang membaca arah musim dari daun yang gugur, dan ibu-ibu kampung yang menanam sayur di pekarangan sambil menjaga mata air dari perambahan.

Mungkin kita terlalu sibuk menatap ke langit dan menunggu teknologi canggih datang menyelamatkan. Padahal solusi bisa jadi sedang tumbuh di tanah yang sudah sejak lama dijaga dengan cara-cara yang sederhana, tapi penuh makna.

Hutan Adat yang Tak Pernah Masuk Berita Utama

Ambil contoh Kasepuhan Ciptagelar di Jawa Barat. Di sana, masyarakat adat sudah ratusan tahun menerapkan sistem talun-kebun, rotasi lahan yang memungkinkan mereka bertani tanpa merusak hutan. Mereka menanam padi cukup satu kali dalam setahun, bukan karena malas, tapi karena tahu alam butuh waktu untuk pulih. Di sisi lain, hutan adat mereka tetap lestari, karena dianggap bukan hanya tempat mencari kayu, tapi ruang hidup leluhur dan anak cucu.

Contoh lain datang dari Aceh. Di Damaran Baru, sekelompok perempuan membentuk tim ranger penjaga hutan. Mereka patroli, memberi edukasi, membagikan bibit, bahkan memasang plang peringatan agar hutan tak dijarah. Bukan hanya berhasil menekan laju deforestasi, tetapi juga mengangkat peran perempuan desa dalam urusan yang biasanya dianggap urusan “laki-laki”.

Lalu di Sumatera Utara, Delima Silalahi bersama komunitas Batak Toba memperjuangkan pengakuan hutan adat seluas 17.000 acre dari ancaman korporasi pulp & paper. Berkat upayanya, negara akhirnya mengakui wilayah itu sebagai hutan adat, dan Delima pun menerima Goldman Environmental Prize 2023. Sebuah penghargaan internasional yang ironisnya, lebih dulu datang daripada pengakuan luas dari dalam negeri sendiri.

Solusi yang Selalu Dianggap Romantis

Banyak yang bilang pendekatan lokal itu terlalu idealis. Katanya, “Itu cuma cocok untuk komunitas kecil, nggak bisa diskalakan.” Tapi riset berkata sebaliknya.

Studi dari CIFOR menunjukkan, wilayah yang dikelola masyarakat adat punya laju deforestasi lebih rendah dibanding hutan produksi milik negara. Bahkan, dari 583 izin hutan desa dan 745 hutan komunitas yang diteliti selama lebih dari 10 tahun, mayoritas berhasil menjaga hutan sekaligus meningkatkan pendapatan lokal.

Jadi, siapa yang bilang kearifan lokal tidak efisien?

Masalahnya bukan di efektivitasnya, tapi di pengakuannya. Banyak komunitas yang menjaga hutan justru tidak memiliki legitimasi hukum. Mereka dianggap “penduduk liar” atau “penggarap ilegal”, padahal mereka menjaga lebih baik daripada kita yang sibuk membuat laporan dan roadmap yang tak kunjung selesai.

Mungkin Kita yang Harus Belajar

Dalam semua pertemuan global tentang iklim, narasi besar selalu didorong dari atas ke bawah, top-down. Negara-negara kaya berlomba menciptakan teknologi, menanam pohon lewat satelit, bahkan menciptakan “hutan digital” untuk offset karbon.

Tapi bagaimana dengan masyarakat yang sejak lama hidup selaras dengan alam, tanpa perlu offset karena mereka tidak pernah menghasilkan emisi besar?

Mungkin sudah saatnya kita membalik arah. Dengarkan mereka yang paling dekat dengan alam. Dukung mereka dengan legalitas, akses pendanaan, dan ruang partisipasi nyata dalam kebijakan iklim. Kita tidak perlu membebani desa dengan jargon hijau, tapi cukup percaya pada cara mereka menjaga hidup.

Karena di ujungnya, melawan perubahan iklim bukan hanya soal inovasi canggih atau target ambisius, tapi soal hubungan manusia dengan bumi. Dan hubungan itu, justru sedang dijaga oleh mereka yang hidup paling dekat dengan tanah.

Ridho Hardisk

Ridho Hardisk

hanya seorang mahasiswa yang kecanduan menulis

Total Artikel 282

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda