News
Flexing Nepo Kids Bikin Rakyat Murka: Kisah di Balik Demo Berdarah Nepal

Yoursay.id - Istilah 'nepo kids' dan 'nepo baby' ramai dibahas di media sosial sebagai salah satu penyebab utama demonstrasi berdarah di Nepal. Selama beberapa pekan terakhir, negara ini diguncang oleh gelombang protes yang heboh, dan hampir seluruh gerakannya dipimpin oleh anak muda alias Generasi Z. Mereka turun ke jalanan karena sudah muak dengan kondisi politik yang dianggap sangat tidak adil.
Awalnya, aksi protes ini mungkin terlihat sepele, sampai-sampai pemerintah tiba-tiba mengambil langkah drastis dengan memblokir lebih dari 25 platform media sosial populer, di antaranya termasuk Facebook, Instagram, YouTube, dan X (dulu Twitter).
Api Disulut: Medsos Diblokir, Gen Z Meledak
Pemblokiran ini katanya disebabkan karena aplikasi-aplikasi tersebut belum terdaftar secara resmi ke pemerintah. Mungkin sekilas terdengar seperti aturan birokrasi biasa, tapi bagi Gen Z yang tumbuh dengan digitalisasi, tindakan tersebut secara tidak langsung membatasi kebebasan mereka untuk memperoleh informasi, berkomunikasi, dan berekspresi.
Makanya, tidak heran kalau kemarahan masyarakat jadi meledak. Apalagi, ekspektasi mereka sebelumnya sudah dibumbui dengan kekecewaan mendalam terhadap pemerintahan. Rasa frustrasi atas tindakan korupsi, nepotisme, dan jurang kesenjangan yang semakin lebar antara rakyat dengan para elit politik telah tertumpuk lama.
Penyebab Utama: Saat 'Nepo Kids' Pamer Harta di Tengah Kemiskinan
Kondisi ekonomi Nepal sedang berada dalam posisi yang sangat berat. Penghasilan rata-rata rakyatnya hanya sekitar US$1.400 per tahunnya. Di tengah situasi ekonomi yang sulit ini, alih-alih hidup sederhana, anak-anak pejabat atau yang dikenal sebagai “nepo kids” malah asyik flexing gaya hidup hedon di media sosial.
Mulai dari tas buatan desainer, traveling ke luar negeri, mobil sport, hingga pesta glamor, semuanya dipamerkan tanpa rasa bersalah. Beberapa nama yang menjadi sorotan di antaranya adalah:
- Shrinkhala Khatiwada (putri mantan Menteri Kesehatan)
- Shivana Shrestha (menantu mantan PM Sher Bahadur Deuba)
- Smita Dahal (cucu mantan PM Pushpa Kamal Dahal)
Rasanya, buat Gen Z yang lagi berjuang buat kuliah, cari kerja, atau bahkan harus merantau ke luar negeri untuk membantu kondisi ekonomi keluarganya, pemandangan itu pasti bikin sakit hati banget.
Mereka harus melihat langsung bagaimana para nepo kids mendapatkan privilege kekayaan hanya karena menjadi keluarga pejabat, sementara rakyatnya harus banting tulang dari nol.
Jadi, ketika pemerintah malah lebih repot buat memblokir media sosial ketimbang membereskan masalah pengangguran, pendidikan, dan biaya hidup, rasa muak itu pecah menjadi protes di jalanan.
Dari Muak Jadi Aksi: Jalanan pun Membara
Mulai dari situlah, gelombang protes semakin membesar. Ribuan mahasiswa memblokade jalan, membakar ban, hingga bentrok dengan aparat. Situasi pun turut memanas ketika aksi demonstrasi mengakibatkan jatuhnya korban. Dikabarkan sebanyak 19 orang tewas dan ratusan di antaranya mengalami luka-luka.
Berdasarkan situasi yang sudah tidak kondusif, rakyat pun semakin mendesak pemerintah. Tekanan tersebut akhirnya membuat Perdana Menteri Oli terpaksa mundur, dan larangan media sosial pun dicabut.
Namun rasanya, hal ini belum cukup. Bagi masyarakat, permasalahan tidak hanya berputar pada larangan media sosial, melainkan pada sistem sosial yang bobrok, penuh korupsi, dan nepotisme. Para “nepo kids” ini telah menjadi simbol nyata dari ketidakadilan di negeri Nepal.
Penulis: Flovian Aiko