News
Belajar Menemukan Ide Tulisan dari Hal Sederhana Bersama Yoursay Writing Class

Yoursay.id - Yoursay kembali menggelar kelas menulis daring bertajuk Yoursay Writing Class 2025: From Blank Page to Bold Ideas yang diadakan pada Rabu (23/07/2025) pukul 19.00 WIB.
Kegiatan yang diikuti hingga 50 peserta ini menghadirkan jurnalis senior sekaligus Pemimpin Redaksi Mojok.co, Agung Purwandono, sebagai pemateri utama.
Dalam sesi yang berlangsung secara interaktif melalui Zoom Meeting ini, para peserta diajak menyelami proses kreatif dalam menemukan ide tulisan dari hal-hal sederhana yang ada di sekitar mereka.
Agung Purwandono mengawali kelas dengan membagikan pengalamannya sebagai jurnalis dan penulis buku “Jogja Bawah Tanah”. Ia menekankan bahwa ide tulisan sebenarnya tidak harus lahir dari peristiwa besar. Justru yang paling berharga itu sering kali datang dari hal-hal remeh di sekitar kita. Tapi itu harus dilihat dengan rasa ingin tahu dan kepekaan.
Dalam salah satu sesi, Agung Purwandono memutarbalikkan stereotype umum tentang berita. Ia menyebut bahwa di era digital, batas antara berita penting dan berita menarik semakin kabur.
Jika dulu anjing menggigit orang bukanlah berita, kini mandi lumpur pun bisa viral dan menarik perhatian publik. Tantangannya sekarang adalah bagaimana mengemas sesuatu yang biasa menjadi menarik, sekaligus tetap mengandung nilai informasi.
Untuk mengasah kepekaan, peserta diminta menuliskan ide dari sebuah foto sederhana. Salah satunya adalah foto penjual dawet di bawah pohon beringin. Respons peserta sangat beragam mulai dari “Dawet dan pohon beringin mempersatukan warga,” hingga “Dawet Putu Siem, es legendaris yang mampu menguliahkan anak-anaknya”.
Mas Agung memanfaatkan sesi ini untuk menekankan pentingnya membuat pertanyaan yang tajam sebagai dasar tulisan. “Cukup satu pertanyaan saja, seperti: ‘Apa yang sudah didapatkan Bu Putu Siem dari berjualan dawet?’ itu sudah cukup jadi dasar untuk mengembangkan cerita yang kuat,” tegasnya.
Selain menemukan ide, materi juga membahas teknik pengumpulan bahan. Mas Agung membagi tiga metode utama: riset, observasi, dan wawancara. Ia mengingatkan bahwa riset internet memang mudah, tapi akan menghasilkan tulisan yang cenderung serupa dengan orang lain.
“Observasi itu kuncinya pakai semua panca indera. Dengarkan, lihat, rasakan suasananya,” katanya. Sementara wawancara, menurutnya, bukan soal teknik jurnalistik rumit, tapi cukup dimulai dari obrolan tulus.
Cerita-cerita inspiratif pun diselipkan sepanjang kelas, termasuk kisah Mbah Setu, penjual pecel yang tetap memberi bonus pada pembeli meski hidup dalam kesulitan.
Ada juga kisah Mas Rustono, “raja tempe” di Jepang, yang berawal dari cerita kecil di koran hingga kini produknya diekspor ke banyak negara. Semua kisah tersebut ditekankan sebagai bukti kekuatan storytelling yang menggerakkan dan menyentuh pembaca.
Agung Purwandono juga menyentuh soal penulisan kreatif yang tidak semata-mata soal “panjang atau pendeknya tulisan”, tapi seberapa kuat rasa dan logika yang terlibat di dalamnya.
“Tulisan panjang yang bagus pasti dibaca, karena orang Indonesia itu suka cerita,” tuturnya sembari membagikan beberapa contoh pembuka tulisan yang menggugah rasa penasaran.
Acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif. Salah satu peserta bertanya tentang teknik pembuka tulisan yang menarik. Agung Purwandono menjawab, “Pancing pembaca dari awal dengan pertanyaan atau kejutan. Jangan langsung ke inti, biar pembaca penasaran dan bertahan sampai akhir.”
Kelas menulis ini menjadi ruang belajar yang hangat sekaligus penuh inspirasi. Tidak hanya bicara teori, tapi juga praktik dan pengalaman nyata dari seorang penulis yang percaya bahwa kisah sederhana pun bisa mengguncang dunia, asal ditulis dengan rasa.