news

Cegah Kekerasan Seksual, Komunitas BERANI Bersinergi dengan Cosplayer Jambi

Cegah Kekerasan Seksual, Komunitas BERANI Bersinergi dengan Cosplayer Jambi
Kegiatan psikoedukasi pencegahan kekerasan seksual oleh komunitas BERANI Psikologi Universitas Jambi (dok.pribadi/Rion Nofrianda)

Yoursay.id - Ruang perpustakaan Kota Jambi menjadi saksi sebuah kegiatan edukasi yang penuh semangat dan makna, Sabtu (24/05/2025). komunitas BERANI dari Program Studi Psikologi Universitas Jambi menyelenggarakan sebuah agenda psikoedukasi bertajuk “Pencegahan kekerasan seksual bagi komunitas Cosplayer di Kota Jambi.” Kegiatan ini menggabungkan edukasi penting tentang pencegahan kekerasan seksual dengan penampilan kreatif dari para cosplayer, yang dihadiri oleh pecinta dan pegiat cosplay di kota tersebut.

Cosplay, sebuah seni ekspresi kreatif yang menggabungkan hobi, budaya pop, dan seni pertunjukan, kini menjadi salah satu aktivitas yang digemari oleh banyak generasi muda di Indonesia, tak terkecuali di Jambi. Namun, sebagaimana komunitas lainnya, para cosplayer juga tidak luput dari berbagai tantangan, termasuk potensi risiko kekerasan seksual yang dapat terjadi dalam ruang sosial mereka. Oleh karena itu, komunitas BERANI hadir dengan misi mulia untuk memberikan edukasi sekaligus memperkuat kesadaran akan pentingnya keamanan dan kenyamanan bagi seluruh anggota komunitas cosplay.

kekerasan seksual merupakan isu serius yang tidak mengenal batas komunitas, usia, ataupun latar belakang. Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran tentang pentingnya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual mulai tumbuh di masyarakat Indonesia. Namun, edukasi yang tepat dan sasaran yang spesifik, terutama di kalangan komunitas kreatif seperti cosplayer, masih perlu diperkuat. Berangkat dari kebutuhan ini, komunitas BERANI Psikologi Universitas Jambi mengambil langkah konkret untuk menggelar acara psikoedukasi yang dirancang khusus agar sesuai dengan kebutuhan dan karakter komunitas cosplay.

Acara yang berlangsung dimulai dengan sambutan hangat dari dosen mata kuliah Asesmen dan Intervensi komunitas, Rion Nofrianda. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi dan komunitas dalam menciptakan lingkungan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual.

“Pencegahan kekerasan seksual bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi kewajiban kita bersama untuk menciptakan ruang aman di mana setiap orang, tanpa terkecuali, dapat mengekspresikan diri dengan bebas dan penuh rasa hormat,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Setelah sambutan, para mahasiswa anggota komunitas BERANI yang terdiri dari Hazimah Azzahra, Nur Rahma Yani, Nurul Azizah, Zuvia Zahwa, Fadhilah Utami, Anisa Alfi, dan Nuraini, memandu sesi psikoedukasi. Mereka memaparkan materi dengan gaya interaktif dan relevan, membahas bagaimana mengenali tanda-tanda kekerasan seksual, strategi pencegahan, serta langkah-langkah berani melapor bila mengalami atau menyaksikan kekerasan.

Materi disampaikan secara sistematis, diawali dengan pengenalan konsep kekerasan seksual dan berbagai bentuknya yang bisa muncul dalam lingkungan sosial, termasuk dalam komunitas cosplay. Para peserta diajak untuk memahami bahwa kekerasan seksual tidak selalu berupa tindakan fisik, tapi juga bisa berupa pelecehan verbal, intimidasi, atau perilaku yang membuat seseorang merasa tidak nyaman atau terancam.

Kemudian, sesi berlanjut pada pembahasan tanda-tanda kekerasan dan bagaimana cara mengenali situasi yang berpotensi membahayakan. Misalnya, adanya tekanan untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkan, pengawasan berlebihan, atau adanya kontak fisik yang tidak sesuai dengan batasan yang disepakati bersama.

Sesi berikutnya fokus pada strategi pencegahan, termasuk cara membangun komunikasi yang sehat antar anggota komunitas, pentingnya saling menghormati batasan pribadi, dan bagaimana menciptakan ruang yang inklusif serta aman. Mahasiswa fasilitator juga mengajak peserta untuk berlatih skenario bagaimana menolak dengan tegas namun sopan ketika menghadapi situasi yang mengancam.

Sebagai penutup materi, diberikan informasi tentang jalur-jalur pelaporan dan dukungan yang bisa diakses oleh korban kekerasan seksual, baik dari institusi pendidikan, layanan pemerintah, maupun komunitas pendukung di Kota Jambi.

Selain sesi edukasi yang serius, acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan cosplay dari para peserta. Mereka menampilkan berbagai kostum dan karakter dari anime, film, dan game favorit, yang tidak hanya menjadi hiburan visual, tapi juga simbol dari kreativitas dan ekspresi positif komunitas ini.

Performa ini memperlihatkan bahwa komunitas cosplayer tidak hanya aktif dalam berkarya, tetapi juga peduli terhadap isu sosial yang penting. Penampilan mereka menjadi pengingat bahwa seni dan edukasi bisa berjalan beriringan, saling memperkuat satu sama lain.

Para peserta menyambut baik acara ini dengan antusiasme tinggi. Banyak dari mereka mengaku mendapat pemahaman baru tentang bagaimana menjaga diri dan orang lain dari risiko kekerasan seksual. Salah satu peserta mengatakan, “Saya merasa selama ini kurang paham tentang bagaimana mengenali tanda-tanda pelecehan. Kegiatan ini sangat membantu kami untuk lebih waspada dan berani bertindak.”

Peserta lain, menambahkan, “Selain edukasi, tampil cosplay bersama teman-teman juga jadi momen seru yang mempererat hubungan kami. Acara ini sangat berkesan dan saya harap bisa sering diadakan lagi.”

komunitas BERANI berkomitmen untuk terus menggelar kegiatan serupa demi meningkatkan kesadaran dan edukasi pencegahan kekerasan seksual di berbagai kalangan. Melalui pendekatan yang kreatif dan partisipatif, mereka berharap pesan penting ini dapat diterima luas dan mampu mengubah pola pikir masyarakat.

“Ini bukan sekadar kegiatan satu hari, tapi langkah awal dari perjuangan panjang untuk membangun komunitas yang aman, inklusif, dan saling mendukung,” ujar Hazimah Azzahra, salah satu anggota aktif komunitas.

Acara ini mendapat dukungan penuh dari Program Studi Psikologi Universitas Jambi, yang melihat pentingnya peran mahasiswa dalam menginisiasi perubahan sosial. Dosen pembimbing, Rion Nofrianda, menegaskan bahwa kegiatan seperti ini sangat relevan dengan kurikulum Psikologi yang menekankan pemahaman isu sosial dan pemberdayaan masyarakat.

komunitas cosplay Kota Jambi juga menyambut baik inisiatif ini dan berharap kolaborasi serupa dapat memperkuat jaringan mereka serta menciptakan ruang ekspresi yang lebih aman dan nyaman bagi seluruh anggota.

Kegiatan psikoedukasi pencegahan kekerasan seksual yang diselenggarakan komunitas BERANI Psikologi Universitas Jambi untuk cosplayer di Kota Jambi menjadi contoh nyata bagaimana edukasi dan seni dapat bersinergi menciptakan perubahan positif. Melalui pemahaman yang lebih baik dan solidaritas, komunitas kreatif diharapkan semakin kuat dalam melindungi anggotanya dari kekerasan serta mendorong budaya saling menghormati dan aman.

Dengan suksesnya acara ini, diharapkan komunitas lain pun terinspirasi untuk mengambil peran aktif dalam pencegahan kekerasan seksual, menjadikan Jambi sebagai kota yang tidak hanya kaya budaya, tapi juga penuh kepedulian sosial.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Rion Nofrianda

Rion Nofrianda

Berbagilah, Kisah Kita Tak Sama

Total Artikel 393

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda