Lifestyle
Mimpi Buruk dari Sudut Pandang Psikologi: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Yoursay.id - Pernah terbangun tengah malam dengan napas tersengal, jantung berdebar, dan rasa takut yang sulit dijelaskan karena mimpi buruk? Situasi ini bisa membuat seseorang merasa seolah masih terjebak dalam ketakutan bahkan setelah terbangun.
Meski sering dianggap sepele, tapi mimpi buruk yang berulang sebenarnya bisa menjadi tanda stres, trauma, atau bahkan gangguan psikologis tertentu. kalau nggak segera diatasi, kemungkinan mengganggu kehidupan sehari-hari bisa saja terjadi.
Dalam psikologi, mimpi bukan sekadar bunga tidur, melainkan juga cerminan dari pikiran bawah sadar. Maka, memahami dan mengatasi mimpi buruk bukan hanya demi tidur nyenyak, tapi juga tentang menjaga kesehatan mental dan emosional.
Apa Itu Mimpi Buruk dalam Psikologi?
Mimpi buruk (nightmare) adalah mimpi yang menimbulkan perasaan takut, cemas, atau panik, dan biasanya terjadi saat fase tidur REM (Rapid Eye Movement), yaitu fase di mana otak aktif dan mimpi paling intens muncul.
Melansir Cleveland Clinic, gangguan mimpi buruk memberikan dampak yang cukup signifikan, baik secara fisik maupun mental, yang antara lain sebagai berikut.
- Gangguan suasana hati, seperti kecemasan atau depresi
- Gangguan tidur (insomnia)
- Mengantuk di siang hari (hipersomnia)
- Kelelahan
- Kesulitan berkonsentrasi
- Gangguan fungsi sosial, termasuk di tempat kerja atau sekolah
Padahal tidur yang berkualitas sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan hingga penting untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan saat merasa mengalami gangguan mimpi buruk.
Penyebab Umum Mimpi Buruk
Ada berbagai faktor yang bisa memicu mimpi buruk, dan sebagian besar berkaitan dengan kesehatan mental dan kondisi emosional seseorang. Menurut lansiran lamar Psychology Today, disebutkan kalau kecemasan dan stres merupakan penyebab utama mimpi buruk yang umum dengan pengalaman traumatis sebagai pemicunya.
Menurut DSM-5, penyebab lain mimpi buruk meliputi perubahan besar pada jadwal tidur, kurang tidur, jet lag, penyakit, dan demam. Apnea tidur dalam beberapa kasus juga dapat menyebabkan mimpi buruk, begitu pula gangguan tidur lainnya seperti narkolepsi atau gangguan teror tidur.
Di sisi lain, mimpi buruk juga bisa terjadi sebagai efek samping dari obat resep tertentu atau penghentian penggunaan obat. Bahkan pola makan yang buruk juga bisa memicu mimpi buruk, termasuk saat mengonsumsi kafein atau stimulan lainnya menjelang tidur.
Cara Mengatasi Mimpi Buruk dari Sudut Pandang Psikologi
Melansir akun Instagram @psikologid, berikut beberapa pendekatan psikologis cukup efektif dalam mengatasi mimpi buruk.
1. Lepaskan Semua Perasaan Negatif
Dalam mengatasi mimpi buruk, penting buat kamu untuk melepas semua perasaan negatif sebelum tidur. Setidaknya satu jam menjelang tidur sudah mulai membatasi diri menonton atau melihat hal-hal menakutkan.
Bukan tontonan seram seperti film horor, terkadang konten-konten di media sosial yang men-trigger rasa takutmu juga harus dihindari. Stop scrolling medsos, sebab kamu nggak pernah tahu konten apa yang tiba-tiba muncul di FYP-mu.
2. Menulis Jurnal
Journaling sering kali jadi metode yang masih relate untuk mengatasi permasalahan psikologis, termasuk mimpi buruk dan trauma pemicunya. Mulailah dengan menulis perasaan dan kejadian harianmu untuk membantu memproses ingatan.
Cara ini disebut cukup efektif untuk menghindari mimpi buruk. Selain itu, kamu juga bisa membuat dream journal dan tuliskan detail mimpimu serta perasaan yang muncul sesaat setelah terbangun. Langkah ini akan membantu proses analisis dan mengungkap makna tersembunyi di balik mimpi buruk.
3. Bangun Rutinitas Tidur yang Sehat
Tidur pada jam yang sama setiap hari, hindari makanan berat atau alkohol sebelum tidur, dan pastikan kamar nyaman serta minim cahaya. Kebiasaan kecil ini sangat berpengaruh terhadap kestabilan tidur dan mimpi.
Suasana tidur yang nyaman didukung dengan menjaga pola makan sehat akan membantu menjaga keteraturan jam biologismu. Misalnya, menghindari porsi makan yang besar dan termasuk konsumsi kafein jelang waktu tidur.
4. Terapi Psikologis untuk Trauma
Jika mimpi buruk berasal dari pengalaman traumatis, terapi psikologis harus dilakukan demi mendapat solusi dan penanganan yang tepat. Terapi untuk trauma ini umumnya bekerja dengan mengurai memori traumatis agar tidak lagi memicu ketakutan dalam mimpi.
Mimpi buruk bukan sekadar “tidur yang terganggu,” tapi bisa menjadi sinyal dari pikiran bawah sadar yang sedang meminta perhatian. Ketika mimpi buruk muncul terus-menerus, jangan diabaikan. Itu bisa jadi tanda bahwa ada bagian dalam diri yang butuh disembuhkan.