Kolom
Guru, Teladan Sejati Pembentuk Karakter Anak Sekolah Dasar

Yoursay.id - Kalau kita bicara tentang pendidikan, pasti nggak bisa lepas dari sosok guru. Guru bukan cuma orang yang berdiri di depan kelas dan ngasih pelajaran, tapi juga orang yang ikut membentuk cara berpikir, bersikap, dan berperilaku anak-anak. Lewat tutur kata, tindakan sehari-hari, sampai caranya menegur dan memberi semangat, guru berperan besar dalam membangun nilai moral dan etika di sekolah. Hal inilah yang dibahas dalam penelitian Fauziah Aini dan Zaka Hadikusuma Ramadan (2024), yang menyoroti bagaimana guru di SDN 43 Bengkalis menjalankan peran penting ini.
Kalau menurut Ki Hajar Dewantara, guru itu punya tiga peran utama: Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Filosofi ini masih sangat relevan sampai sekarang. Guru yang baik bukan cuma paham teori pelajaran, tapi juga bisa jadi contoh nyata buat murid-muridnya. Anak-anak lebih mudah meniru tindakan daripada sekadar mendengar nasihat, kan?
Dalam penelitian itu dijelaskan kalau guru punya lima peran utama dalam menanamkan nilai moral dan etika pada siswa: sebagai pendidik dan pengajar, fasilitator dan mediator, teladan atau role model, motivator, dan pembimbing sekaligus evaluator. Semua peran ini saling terhubung dan bikin suasana belajar jadi bukan sekadar hafalan materi, tapi juga latihan jadi manusia yang baik.
Pertama, peran guru sebagai 'pendidik dan pengajar'. Di SDN 43 Bengkalis, guru nggak cuma ngajar materi kayak PPKn, tapi juga nyelipin pesan moral di dalamnya. Misalnya, saat bahas tanggung jawab menjaga lingkungan, guru ngajak siswa diskusi tentang kebersihan sekolah dan bikin aksi nyata seperti piket kelas atau menanam tanaman. Dari situ, anak-anak nggak cuma tahu arti tanggung jawab, tapi juga belajar langsung melakukannya.
Kedua, guru juga jadi 'mediator dan fasilitator' dalam proses belajar. Artinya, guru bukan satu-satunya sumber ilmu. Ia justru jadi penghubung antara siswa dengan pengetahuan, bahkan membimbing anak-anak agar berani bertanya dan berpendapat. Guru yang keren tuh tahu gimana bikin kelas jadi hidup dan interaktif. Sesi tanya jawab, permainan edukatif, atau diskusi kelompok bisa jadi cara seru buat menanamkan nilai sopan santun, menghargai pendapat orang lain, dan kerja sama.
Lalu, ada peran yang paling penting: 'guru sebagai teladan atau panutan'. Anak-anak SD cenderung meniru apa yang mereka lihat. Kalau guru datang tepat waktu, sopan, dan disiplin, anak-anak otomatis akan belajar melakukan hal yang sama. Di SDN 43 Bengkalis, misalnya, ada kegiatan “Hari Bersih Sekolah.” Guru nggak cuma nyuruh anak-anak bersih-bersih, tapi juga ikut turun tangan. Hal kecil kayak gini justru punya efek besar, karena murid melihat contoh nyata, bukan cuma perintah.
Namun, guru juga dihadapkan pada tantangan besar. Pengaruh media sosial, lingkungan pertemanan, dan arus globalisasi bisa bikin nilai-nilai moral anak agak goyah. Nah, di sinilah peran guru sebagai 'motivator' benar-benar dibutuhkan. Guru harus bisa bikin anak-anak tetap semangat belajar, percaya diri, dan termotivasi jadi pribadi yang baik. Pujian kecil, kata-kata penyemangat, atau sekadar perhatian sederhana bisa banget bikin perbedaan besar bagi anak-anak.
Terakhir, guru juga berperan sebagai pembimbing dan evaluator. Guru bukan cuma ngasih nilai ujian, tapi juga menilai bagaimana anak berperilaku. Kalau ada siswa yang berbuat salah, misalnya membohongi teman atau bersikap kasar, guru nggak langsung menghukum, tapi membantu anak itu memahami kesalahannya dan memperbaiki diri. Dengan cara ini, anak-anak belajar bahwa setiap tindakan punya konsekuensi, dan kesalahan bisa jadi pelajaran berharga.
Hasil penelitian Aini dan Ramadan ini menunjukkan kalau guru punya peran luar biasa dalam membentuk karakter siswa. Guru yang sabar, disiplin, dan mau jadi contoh nyata bisa menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan penuh makna. Sekolah jadi tempat di mana anak bukan cuma pintar berhitung dan membaca, tapi juga belajar jadi manusia yang beretika dan berempati.
Di zaman sekarang, ketika moral kadang kalah sama tren media sosial, kehadiran guru yang berjiwa pendidik sejati jadi sangat penting. Guru adalah cermin bagi murid. Kalau cerminnya bersih dan jernih, bayangan yang muncul pun akan indah. Jadi, kalau kita ingin generasi muda tumbuh jadi pribadi yang jujur, sopan, dan bertanggung jawab, semuanya bermula dari guru yang mengajarkan kebaikan lewat keteladanan.
Budi Prathama
Suka aja nulis lepas apalagi kalau sambil minum kopi, tapi bukan anak indie.
Total Artikel 1757




