Kolom
Gen Z dan Dompet Kosong? Mengungkap Gaya Hidup Cashless dan Wi-Fi Only yang Bikin Geleng Kepala

Yoursay.id - “Eh, kamu ada cash engga? Pinjem dulu dong, nanti aku transfer”. “Kamu ada kuota engga? Boleh minta tethering sebentar?”.
Dua kalimat tersebut rasanya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Yap, fenomena cashless dan Wi-Fi only sekarang sudah menjadi bagian dari gaya hidup Generasi Z (Gen Z).
Kalangan Gen Z tumbuh di lingkungan dengan kemajuan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini pun turut melahirkan kebiasaan baru, khususnya dalam berbelanja dan memilih metode pembayaran tanpa uang tunai atau disebut gaya hidup cashless.
“Gen Z tidak tarik tunai di ATM, mereka transfer ke teman yang punya cash”.
Cashless menjadi kebiasaan bertransaksi tanpa menggunakan uang tunai. Semua pembayaran dilakukan melalui aplikasi dompet digital seperti (OVO, GoPay, Dana, dan ShopeePay) ataupun kartu debit/kredit.
Bagi Gen Z, metode ini dianggap lebih praktis. Banyaknya promo dan cashback membuat mereka semakin betah menggunakan metode ini. Jadi, dompet fisik seringkali hanya berisi kartu identitas, sedangkan uang kertas jarang terlihat.
Selain itu, fenomena Wi-Fi only ini juga menggambarkan gaya hidup Gen Z yang sangat bergantung pada koneksi internet. Mereka terbiasa mengandalkan Wi-Fi gratis di kafe, kampus, maupun kantor, dibandingkan harus boros menggunakan kuota pribadi.
Aktivitas sehari-hari mereka, mulai dari belajar, kerja, belanja online, sampai hiburan semuanya membutuhkan internet. Karena itu, keberadaan Wi-Fi bisa menjadi alasan utama Gen Z dalam memilih tempat nongkrong ataupun tempat tinggal.
Kebiasaan Gen Z satu ini disinggung dalam salah satu unggahan video di akun Instagram omah.goni pada Selasa (26/8/2025). “Yang paling ditakuti Gen Z kalau belanja offline, kebiasaan cashless jaringan tiba-tiba hilang engga ada Wi-Fi,” tulis konten kreator pada caption.
Selain cashless, kebutuhan akan Wi-Fi juga menjadi bagian penting dari gaya hidup Gen Z. Kehilangan koneksi internet bisa membuat mereka “terputus dari dunia”.
Melalui unggahan video di akun TikTok @duniapunyacerita_ pada Rabu (20/8/2025), disampaikan melalui sebuah caption menarik. “Gen Z memang tidak ada takutnya, mereka cuman takut sama Tuhan, orang tua, Wi-Fi mati, dan duit habis,” tulis konten kreator.
Fenomena cashless dan Wi-Fi only ini sebenarnya tidak lepas dari cara Gen Z memandang efisiensi. Mereka terbiasa serba cepat dan simpel. Uang fisik dianggap ribet karena harus menunggu kembalian dan rawan hilang. Sementara dengan dompet digital, semua bisa dilakukan hanya dengan satu sentuhan layar.
Namun, di balik kenyamanan itu, terdapat sisi lain yang perlu diperhatikan. Gaya hidup cashless membuat sebagian Gen Z rentan lupa mengontrol pengeluaran. Promo, diskon, hingga fitur pay later seringkali membuat mereka kalap belanja tanpa sadar sudah melewati batas anggaran. Maka, meski praktis, tetap diperlukan kontrol diri agar tidak terjebak pada gaya hidup konsumtif.
Hal yang sama juga berlaku pada fenomena Wi-Fi only. Ketergantungan pada koneksi internet membuat Gen Z seakan tidak bisa “diam” tanpa online. Rasa panik muncul saat jaringan terputus, karena hampir semua aktivitas mereka berhubungan dengan internet.
Di masa depan, bisa jadi fenomena ini akan semakin kuat. Generasi setelah Gen Z mungkin tidak akan pernah merasakan ribetnya antre di ATM. Kemajuan teknologi benar-benar dapat mengubah cara kita berinteraksi, berbelanja, hingga bekerja.
Pada akhirnya, cashless dan Wi-Fi only bukan sekadar tren sesaat, tetapi sudah menjadi identitas baru Gen Z. Sebuah cara hidup yang mencerminkan kepraktisan, kecepatan, sekaligus ketergantungan pada teknologi. Pertanyaannya, apakah kita siap terus beradaptasi dengan perubahan ini, atau justru akan tertinggal di belakang?