Kolom
Generasi Z, UMKM, dan Era Digital: Kolaborasi yang Bikin Bisnis Naik Level

Yoursay.id - Sekarang ini, dunia usaha udah nggak sama kayak dulu. Kalau dulu mau jualan harus punya toko fisik dan pasang spanduk, sekarang cukup buka HP, bikin akun media sosial, upload foto atau video produk, dan langsung bisa dikenal banyak orang. Bahkan, cuma lewat satu video TikTok, penjualan bisa meledak semalam. Nah, salah satu “aktor utama” di balik perubahan ini adalah Generasi Z.
Gen Z ini biasanya lahir antara pertengahan 1990-an sampai awal 2010-an. Mereka sejak kecil udah akrab sama internet, gadget, dan media sosial. Jadi, urusan bikin konten, ngerti tren, atau paham algoritma media sosial itu udah kayak naluri. Nggak heran kalau mereka bisa bantu banget UMKM yang mau go digital.
Tantangan UMKM di Era Digital
UMKM di Indonesia punya peran besar buat ekonomi. Mereka nyumbang banyak ke PDB dan ngasih lapangan kerja ke jutaan orang. Tapi sayangnya, nggak semua pelaku UMKM paham cara memanfaatkan teknologi. Ada yang belum terbiasa pakai media sosial buat promosi, ada yang masih ragu jualan online karena nggak ngerti cara kerjanya, bahkan ada yang merasa “ah, cara lama aja udah cukup.” Padahal, kalau mau tetap bersaing, mereka harus ikut arus perubahan.
Di sinilah Gen Z bisa turun tangan. Mereka bisa bantu bikin akun media sosial yang rapi, ngatur postingan, bikin video kreatif, sampai nyusun strategi promosi yang tepat. Semua itu mereka lakukan sambil memanfaatkan tren yang lagi rame, jadi kontennya nggak cuma bagus, tapi juga punya peluang besar buat viral.
Gen Z punya beberapa keunggulan yang bikin mereka cocok jadi partner UMKM. Pertama, mereka ngerti tren. Nggak cuma tren fashion atau musik, tapi juga tren marketing. Mereka tahu format video yang lagi disukai orang, gaya bahasa yang nyambung sama target pasar, dan momen yang pas buat posting konten.
Kedua, mereka punya sense kreatif yang tinggi. Produk yang biasa aja bisa kelihatan keren di tangan mereka, entah lewat foto estetik, unboxing video, atau storytelling yang bikin orang penasaran.
Ketiga, mereka paham dunia digital marketing. Mulai dari optimasi SEO, pasang iklan di media sosial, sampai analisis data pengunjung, hal-hal yang mungkin bikin pusing pelaku UMKM senior, tapi buat Gen Z itu udah jadi makanan sehari-hari.
Kolaborasi Lintas Generasi
Sebenarnya, kalau Gen Z dan pelaku UMKM senior kerja sama, hasilnya bisa luar biasa. Pelaku UMKM yang lebih berpengalaman punya jaringan, pengalaman bisnis, dan pemahaman soal pasar lokal. Sementara Gen Z punya kreativitas, skill digital, dan akses ke tren global. Kombinasi dua kekuatan ini bisa bikin UMKM jadi lebih kuat dan adaptif.
Tantangannya cuma satu: komunikasi. Kadang ide kreatif anak muda dianggap “nggak masuk akal” oleh yang lebih senior, atau sebaliknya, pengalaman orang tua dianggap “jadul” sama anak muda. Makanya, perlu saling terbuka dan menghargai perbedaan biar kolaborasinya jalan mulus.
Supaya kontribusi Gen Z bertahan lama, perlu ada dukungan dari banyak pihak. Pendidikan bisa kasih kurikulum yang lebih banyak praktik langsung, bukan cuma teori. Pemerintah bisa bikin pelatihan digital gratis atau kasih modal usaha. Perusahaan besar juga bisa bikin program inkubasi bisnis buat UMKM yang dikelola anak muda.
Kalau semua pihak mendukung, Gen Z nggak cuma jadi pengguna teknologi, tapi benar-benar bisa jadi motor penggerak UMKM buat bersaing di pasar global.
Oleh karena itu, generasi Z bukan cuma generasi yang sibuk main HP. Mereka punya potensi besar buat bikin UMKM naik level di era digital. Dengan kreativitas, pemahaman tren, dan skill teknologi, mereka bisa bantu UMKM promosi lebih luas, bikin produk lebih menarik, dan bahkan menembus pasar internasional.
Kalau kita kasih mereka ruang dan kepercayaan, kolaborasi lintas generasi bisa jadi senjata ampuh buat bikin UMKM Indonesia makin kuat, adaptif, dan terkenal di dunia. Jadi, daripada cuma lihat anak-anak muda sibuk di depan layar, mungkin saatnya ajak mereka ikut mengembangkan bisnis kita.
Budi Prathama
Suka aja nulis lepas apalagi kalau sambil minum kopi, tapi bukan anak indie.
Total Artikel 1742