Kolom
OpenAI Bikin Sejarah Lagi: GPT-5 Tidak Hanya Cerdas, Tapi Juga Empatik?

Yoursay.id - Bayangin ada otak super yang bisa mikir cepat kalau ditanya hal simpel, tapi juga bisa merenung panjang kalau dikasih masalah rumit. Sekarang bayangan itu udah jadi kenyataan lewat GPT-5, model terbaru dari OpenAI yang resmi diluncurin.
Katanya sih ini model terpadu pertama—gabungan antara penalaran tajam ala model seri-o dan kecepatan respons dari seri GPT. Gampangnya, ini AI yang bisa jadi teman ngobrol cepat sekaligus partner brainstorming berat.
OpenAI juga ngenalin fitur keren yang disebut real-time router. Ini semacam otak internal yang memutuskan, “Oh, ini cuma pertanyaan ringan, jawab cepat aja!” atau “Hmm, ini butuh mikir, tarik napas dulu, terus jawab detail.” Kalau kamu sering pakai AI, kamu pasti tahu bedanya jawaban “asal cepet” sama “mikir beneran” itu jauh.
Lebih heboh lagi, GPT-5 ini dibuka gratis untuk semua pengguna ChatGPT. Yup, gratis. Biasanya model canggih kayak gini cuma bisa diakses kalau kamu langganan ChatGPT Plus atau Pro. Tapi sekarang? Kamu tinggal bikin akun, langsung bisa nyobain.
Tentu, kalau mau porsi lebih besar, Plus dan Pro tetap ada, bahkan versi Pro dapet GPT-5 Pro yang katanya kemampuan bernalarnya lebih deep.
Kalau kita mundur ke belakang, tahun 2018–2019, teknologi kayak gini masih jarang banget diakses publik. AI canggih cuma buat perusahaan besar, kampus top, atau peneliti dengan server segede kulkas. Bahkan GPT-3 waktu itu lebih kayak urban legend di kalangan developer karena aksesnya terbatas.
Sekarang, anak SMA yang lagi nyiapin tugas esai pun bisa ngobrol sama GPT-5 dari HP jadulnya. Buat generasi kita, ini game-changer. Dari bikin ide bisnis, nyari inspirasi skripsi, sampai sekadar nanya, “Kenapa bintang kelihatan lebih banyak pas listrik mati?” itu semua bisa dijawab dengan kualitas yang jauh lebih oke dibanding model lama.
Data dari Statista nunjukkin, per 2024, jumlah pengguna aktif ChatGPT bulanan udah tembus 180 juta di seluruh dunia. Dengan GPT-5 dibuka gratis, angka itu bisa naik drastis, dan ini berarti miliaran percakapan baru tiap bulan.
Kalau dulu banyak orang pakai ChatGPT cuma buat hal-hal ringan, kaya nyari resep, bikin caption Instagram, atau ngerjain kuis, sekarang GPT-5 membuka peluang buat hal yang lebih serius.
Kalau kamu lagi ngerjain proposal startup, ChatGPT bisa bantu kamu. Kamu bisa minta GPT-5 analisis tren pasar, nyusun strategi pemasaran, bahkan nge-review pitch deck kamu biar lebih tajam.
Atau kalau kamu mahasiswa hukum, bisa minta dia jelasin pasal tertentu dengan bahasa sederhana, lalu kasih perbandingan kasus dari berbagai negara. Dulu butuh jam-jaman Googling, sekarang bisa keluar dalam satu chat.
Apalagi karena GPT-5 ini bisa milih kapan harus berpikir cepat dan kapan harus mendalam, obrolan jadi lebih fleksibel. Rasanya kayak punya teman yang ngerti kapan harus bercanda, kapan harus serius.
Sam Altman, CEO OpenAI, bilang, “Memiliki sesuatu seperti GPT-5 hampir tidak terbayangkan sebelumnya dalam sejarah.” Pernyataan ini bukan cuma euforia, tapi juga peringatan bahwa kita baru aja masuk fase baru hubungan manusia dengan AI.
Banyak ahli teknologi juga udah wanti-wanti tentang risiko AI yang terlalu cepat berkembang tanpa regulasi memadai.
Lalu kita harus takut atau antusias nih?
Menurutku, kita butuh dua-duanya. Antusias, karena teknologi ini bisa bikin hidup lebih efisien dan kreatif. Takut, karena kalau nggak hati-hati, kita bisa kehilangan kontrol atas cara kita berpikir, belajar, dan mengambil keputusan.
Kalau semua orang punya “otak super” gratis di kantongnya mulai hari ini, menurut kamu, manusia bakal jadi lebih pintar… atau justru lebih malas berpikir?