ulasan
Review Series One Night in Idaho: Dokumenter True Crime Menolak Eksploitasi

Yoursay.id - Ada sesuatu yang mengganggu tapi juga penting ketika nonton dokumenter kriminal yang diangkat dari kisah nyata. Biasanya kita akan bertanya-tanya: Ini tontonan atau peringatan? Edukasi atau eksploitasi? Untungnya, Series One Night in Idaho: The College Murders, rilisan terbaru dari Prime Video sejak 11 Juli 2024, tahu betul di mana harus berpijak.
Disutradarai Liz Garbus yang pernah menggarap ‘Lost Girls’ dan I’ll Be Gone in the Dark’. Kali ini, Series One Night in Idaho: The College Murders menyelami tragedi mengerikan yang terjadi di malam kelam pada 13 November 2022 di Moscow, Idaho.
Empat mahasiswa Universitas Idaho: Maddie Mogen, Kaylee Goncalves, Xana Kernodle, dan Ethan Chapin, dibunuh secara brutal di rumah kontrakan mereka. Kasus ini mengguncang dunia dan jadi perbincangan global, tapi Liz Garbus bersama Matthew Galkin menolak ngasih panggung utama untuk pelaku. Sebaliknya, mereka menyoroti kehidupan yang sudah direnggut dan orang-orang yang ditinggalkannya.
Terlalu pahit dan menyedihkan!
Review Series One Night in Idaho: The College Murders
Hal paling mencolok dari dua episode awal terkait betapa minimnya penyebutan nama si pelaku. Bahkan nyaris nggak terdengar. Jelas ini bukan dokumenter yang berambisi membuat penonton (termasuk diriku) buat kenal lebih dalam si pelaku, karena fokusnya adalah para korban, dan lebih penting lagi, keluarga serta sahabat mereka yang kini hidup dalam luka dan duka.
Series ini sangat bergantung pada wawancara dengan orang-orang terdekat para korban.
Aku melihat banyak sekali foto, video, potongan kehidupan sehari-hari Maddie, Kaylee, Xana, dan Ethan. Nggak terasa kayak kolase kenangan yang digarap cepat demi memancing simpati lho. Malah terasa intim, penuh cinta, dan menghormati.
Aku nonton dengan saksama, membayangkan kisah Ethan dari saudara kembarnya. Aku pun menyimak curahan hati ibu Maddie yang patah hati. Semua itu tampak dilakukan dengan empati mendalam.
Yang menarik, series ini juga menyoroti betapa kehidupan generasi muda saat ini begitu terdokumentasi secara digital. Setiap momen, dari yang remeh sampai yang emosional, terekam dan bisa ditelusuri. Hal ini memperjelas dan menggambarkan siapa sebenarnya para korban.
Tentu saja, series ini nggak menghindari fakta kriminal yang terjadi. Untungnya, saat memasuki bagian investigatif, sang sutradara juga menyentuh bagaimana media sosial jadi ruang publik yang bising, penuh teori konspirasi, saling tuduh, bahkan peran komunitas internet yang mencoba memecahkan kasus dengan cara sendiri.
Namun tetap, dokumenter ini nggak tenggelam dalam obsesi mencari motif pembunuhan. Meskipun Kohberger, pelaku yang sudah mengaku bersalah dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, nggak menjadikannya pusat cerita film ini. Aku hanya diperlihatkan potongan-potongan kecil tentang dirinya.
Kalau ada yang perlu dikritisi, mungkin hanya soal durasi. Empat episode terasa agak panjang untuk kasus yang sudah begitu dikenal publik. Rasanya, dengan penyuntingan lebih ketat, ini bisa jadi film dokumenter berdurasi 90-120 menit yang lebih padat dan tetap kuat dampaknya.
Namun di sisi lain, dengan durasi empat jam, aku diberi ruang untuk benar-benar mengenal para korban, menyelami duka keluarga mereka, dan memahami konteks sosial di sekitar tragedi ini. Jadi, pilihan ini tetap bisa dimaklumi.
Buat Sobat Yoursay yang makin penasaran bisa langsung ke Prime Video ya! Ingat satu hal, siapkan mental buat nonton dokumenter semacam ini ya, karena biar bagaimanapun, terkadang isi konten yang disajikan nggak selalu bisa siap diterima banyak orang. Selamat nonton.
Skor: 4/5